Sudah lumayan lama sejak saya
terakhir memposting tulisan saya tentang pendakian gunung Abang, dan kali ini
tumbuh lagi niat untuk ngeblog. Kali ini saya ingin sharing tentang pendakian
saya lagi bersama beberapa teman ke gunung Batukaru pada tanggal 21-22 November
2015. Ini juga merupakan pendakian pertama saya ke gunung tersebut. Gunung
Batukaru berada di kabupaten Tabanan Bali dengan ketinggian mencapai 2275 meter
di atas permukaan laut dan merupakan gunung tertinggi kedua di Bali. Seperti
gunung Abang, gunung Batukaru bukan merupakan gunung vulkanik sehingga seluruh
permukaannya tertutupi hutan.
Ada beberapa jalur pendakian yang
bisa dilalui, salah satunya dan mungkin yang paling sering di lalui adalah dari
desa Pujungan kecamatan Pupuan. Di desa Pujungan di kaki gunung Batukaru
terdapat sebuah pura yang bernama pura Batur Sari tempat kita memulai
pendakian. Setelah kita sembahyang bersama di pura tersebut kita langsung
memulai pendakian kurang lebih jam setengah 12 siang. Saat itu di areal pura
tersebut ada seorang bapak-bapak warga di sana yang menawarkan kita untuk
menggunakan tongkat pendakian yang terbuat dari bambu dan kayu yang memang
selalu disiapkannya untuk para pendaki, gratis!!. Beliau juga berpesan agar
saat turun nanti kita membawa sampah-sampah kita kembali.
Seperti di gunung Abang, karena
Batukaru bukan gunung vulkanik jadi sepanjang perjalanan sampai puncak kita bisa
menikmati suasana hutan belantara. Di pertengahan perjalanan kita sampai di
areal hutan yang terselimuti kabut yang bagi saya merupakan pemandangan indah
yang sangat alami. Semakin jauh kita mendaki akhirnya hujan turun namun tidak
terlalu lebat, dan untungnya kita semua membawa mantel. Ada juga di beberapa
titik jalur kita bisa menemukan buah kecil berwarna merah sejenis beri-berian
yang bisa dimakan dan rasanya mirip seperti strawberry.
Pendakian menghabiskan waktu
kurang lebih 6 jam, dari awalnya kita berangkat jam setengah 12 siang hingga
sampai di puncak kira-kira jam setengah 6 sore. Di puncak gunung Batukaru
terdapat sebuah pura bernama Pura Pucak Kedaton yang arealnya bisa dikatakan
sangat luas untuk membangun banyak tenda sehingga bisa menampung banyak
pendaki. Pemandangan awan di puncak sangat indah dan kita bisa melihat sunset.
Untuk membuat api unggun di sana cukup sulit karena angin gunung bertiup kencang
dan kayu-kayuan di sana banyak yang basah.
Keesokan harinya, pagi-pagi
sekali kita sudah disambut oleh angin yang bertiup berkali-kali lebih kencang
dari kemarin sorenya, benar-benar mengguncang dan bahkan sesekali angin seperti ingin menerbangkan tenda
kita. Untungnya tenda sudah terikat ke tiang
bangunan yang ada di sana. Sunrise yang ditunggu-tunggu pun akhirnya timbul
perlahan dari kejauhan di balik pulau-pulau awan yang tidak mungkin orang bisa
lihat secara nyata jika tidak mendaki ke puncak gunung. Dari puncak Batukaru
kita juga bisa melihat pemandangan gunung-gunung lain dan danau Tamblingan,
sebuah danau yang berada di kabupaten Buleleng. Hal yang masih disayangkan di
puncak yaitu masih ada tempat dimana sampah sampah pelastik menumpuk. Sempat terpikir
oleh saya akankah ada orang yang rela untuk membersihkan sampah pelastik di
sana karena kita tau sampah pelastik pasti akan tahan bertahun-tahun di sana.
Setelah puas berada di puncak selama
beberapa jam lalu kita beres-beres dan bersiap turun gunung. Perjalanan turun
gunung hanya menghabiskan separuh waktu dari perjalanan mendaki karena jalan
yang menurun cenderung membuat kita berjalan lebih cepat dan kadang-kadang
lari, bahkan ada teman saya yang mendahului karena terus berlari turun sehingga
dia hanya menghabiskan waktu selama satu jam untuk turun gunung.
Pendakian ke gunung Batukaru ini
merupakan pendakian terlama yang pernah saya lakukan yang menghabiskan waktu
selama 6 jam. Sebelumnya saya pernah mendaki gunung Agung yang merupakan gunung
tertinggi di Bali namun hanya menghabiskan waktu kurang lebih 5 jam. Itu karena
waktu itu saya mendaki ke gunung Agung yang puncak dua dimana start
pendakiannya sudah berada di tempat yang tinggi yang bisa diakses motor. Puncak
dua lebih rendah dari puncak satu gunung Agung namun tetap lebih tinggi dari
puncak gunung Batukaru (tentang gunung Agung saya akan bahas di artikel
selanjutnya). Sebenarnya lama pendakian itu bisa bervariasi tergantung dari ritme perjalanan, jika selama perjalanan kita sering istirahat tentu perjalanan akan memakan waktu lebih lama. Jika kelompok yang kita ajak mendaki orangnya kuat-kuat tentu akan lebih cepat mencapai puncak.
Sekian cerita saya tentang
pendakian ke gunung Batukaru. Senang rasanya bisa sharing pengalaman. Bagi anda
yang ingin mendaki gunung Batukaru jangan lupa membawa mantel. Pastikan sebelum
mendaki melakukan beberapa pemanasan agar tidak keram (saya waktu itu keram). Hal
yang sebenarnya sangat penting yang mungkin sering di lupakan yaitu P3K. Pastikan
P3K selalu dibawa saat mendaki atau kemah terutama obat-obat luka (obat merah,
perban, alkohol, dll) karena kita tidak akan pernah tau kecelakaaan tak terduga
yang bisa saja menimpa kita. Bawa juga polibag untuk menampung sampah-sampah
yang kita hasilkan, bila perlu sampah-sampah pelastik yang ada di sana juga di
ambil…..qiqiqi. Karena angin di gunung Batukaru kadang bertiup sangat kencang jadi kalau bisa gunakan jaket gunung windproof. Ciri-ciri jaket gunung biasanya terdiri dari dua lapis, pada umumnya bagian luar berbahan Polyester yang tahan air dan bagian dalam berbahan polar. Untuk lebih jelasnya tentang pendakian kita bisa tonton video di bawah ini:
Oh iya…ingat kode etik petualang:
- Take nothing but pictures (jangan mengambil apapun kecuali gambar).
- Leave nothing but foot print (jangan meninggalkan apapun kecuali tapak kaki atau jejak).
- Kill nothing but time (jangan membunuh apapun kecuali waktu).
SEMOGA BERMANFAAT…..PEACE…