Wednesday, 16 December 2015

Mendaki Gunung Batukaru


Sudah lumayan lama sejak saya terakhir memposting tulisan saya tentang pendakian gunung Abang, dan kali ini tumbuh lagi niat untuk ngeblog. Kali ini saya ingin sharing tentang pendakian saya lagi bersama beberapa teman ke gunung Batukaru pada tanggal 21-22 November 2015. Ini juga merupakan pendakian pertama saya ke gunung tersebut. Gunung Batukaru berada di kabupaten Tabanan Bali dengan ketinggian mencapai 2275 meter di atas permukaan laut dan merupakan gunung tertinggi kedua di Bali. Seperti gunung Abang, gunung Batukaru bukan merupakan gunung vulkanik sehingga seluruh permukaannya tertutupi hutan.



Ada beberapa jalur pendakian yang bisa dilalui, salah satunya dan mungkin yang paling sering di lalui adalah dari desa Pujungan kecamatan Pupuan. Di desa Pujungan di kaki gunung Batukaru terdapat sebuah pura yang bernama pura Batur Sari tempat kita memulai pendakian. Setelah kita sembahyang bersama di pura tersebut kita langsung memulai pendakian kurang lebih jam setengah 12 siang. Saat itu di areal pura tersebut ada seorang bapak-bapak warga di sana yang menawarkan kita untuk menggunakan tongkat pendakian yang terbuat dari bambu dan kayu yang memang selalu disiapkannya untuk para pendaki, gratis!!. Beliau juga berpesan agar saat turun nanti kita membawa sampah-sampah kita kembali.

Seperti di gunung Abang, karena Batukaru bukan gunung vulkanik jadi sepanjang perjalanan sampai puncak kita bisa menikmati suasana hutan belantara. Di pertengahan perjalanan kita sampai di areal hutan yang terselimuti kabut yang bagi saya merupakan pemandangan indah yang sangat alami. Semakin jauh kita mendaki akhirnya hujan turun namun tidak terlalu lebat, dan untungnya kita semua membawa mantel. Ada juga di beberapa titik jalur kita bisa menemukan buah kecil berwarna merah sejenis beri-berian yang bisa dimakan dan rasanya mirip seperti strawberry. 










Pendakian menghabiskan waktu kurang lebih 6 jam, dari awalnya kita berangkat jam setengah 12 siang hingga sampai di puncak kira-kira jam setengah 6 sore. Di puncak gunung Batukaru terdapat sebuah pura bernama Pura Pucak Kedaton yang arealnya bisa dikatakan sangat luas untuk membangun banyak tenda sehingga bisa menampung banyak pendaki. Pemandangan awan di puncak sangat indah dan kita bisa melihat sunset. Untuk membuat api unggun di sana cukup sulit karena angin gunung bertiup kencang dan kayu-kayuan di sana banyak yang basah.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali kita sudah disambut oleh angin yang bertiup berkali-kali lebih kencang dari kemarin sorenya, benar-benar mengguncang dan bahkan sesekali angin seperti ingin menerbangkan tenda kita. Untungnya tenda sudah terikat ke tiang bangunan yang ada di sana. Sunrise yang ditunggu-tunggu pun akhirnya timbul perlahan dari kejauhan di balik pulau-pulau awan yang tidak mungkin orang bisa lihat secara nyata jika tidak mendaki ke puncak gunung. Dari puncak Batukaru kita juga bisa melihat pemandangan gunung-gunung lain dan danau Tamblingan, sebuah danau yang berada di kabupaten Buleleng. Hal yang masih disayangkan di puncak yaitu masih ada tempat dimana sampah sampah pelastik menumpuk. Sempat terpikir oleh saya akankah ada orang yang rela untuk membersihkan sampah pelastik di sana karena kita tau sampah pelastik pasti akan tahan bertahun-tahun di sana.












Setelah puas berada di puncak selama beberapa jam lalu kita beres-beres dan bersiap turun gunung. Perjalanan turun gunung hanya menghabiskan separuh waktu dari perjalanan mendaki karena jalan yang menurun cenderung membuat kita berjalan lebih cepat dan kadang-kadang lari, bahkan ada teman saya yang mendahului karena terus berlari turun sehingga dia hanya menghabiskan waktu selama satu jam untuk turun gunung.

Pendakian ke gunung Batukaru ini merupakan pendakian terlama yang pernah saya lakukan yang menghabiskan waktu selama 6 jam. Sebelumnya saya pernah mendaki gunung Agung yang merupakan gunung tertinggi di Bali namun hanya menghabiskan waktu kurang lebih 5 jam. Itu karena waktu itu saya mendaki ke gunung Agung yang puncak dua dimana start pendakiannya sudah berada di tempat yang tinggi yang bisa diakses motor. Puncak dua lebih rendah dari puncak satu gunung Agung namun tetap lebih tinggi dari puncak gunung Batukaru (tentang gunung Agung saya akan bahas di artikel selanjutnya). Sebenarnya lama pendakian itu bisa bervariasi tergantung dari ritme perjalanan, jika selama perjalanan kita sering istirahat tentu perjalanan akan memakan waktu lebih lama. Jika kelompok yang kita ajak mendaki orangnya kuat-kuat tentu akan lebih cepat mencapai puncak. 

Sekian cerita saya tentang pendakian ke gunung Batukaru. Senang rasanya bisa sharing pengalaman. Bagi anda yang ingin mendaki gunung Batukaru jangan lupa membawa mantel. Pastikan sebelum mendaki melakukan beberapa pemanasan agar tidak keram (saya waktu itu keram). Hal yang sebenarnya sangat penting yang mungkin sering di lupakan yaitu P3K. Pastikan P3K selalu dibawa saat mendaki atau kemah terutama obat-obat luka (obat merah, perban, alkohol, dll) karena kita tidak akan pernah tau kecelakaaan tak terduga yang bisa saja menimpa kita. Bawa juga polibag untuk menampung sampah-sampah yang kita hasilkan, bila perlu sampah-sampah pelastik yang ada di sana juga di ambil…..qiqiqi. Karena angin di gunung Batukaru kadang bertiup sangat kencang jadi kalau bisa gunakan jaket gunung windproof. Ciri-ciri jaket gunung biasanya terdiri dari dua lapis, pada umumnya bagian luar berbahan Polyester yang tahan air dan bagian dalam berbahan polar. Untuk lebih jelasnya tentang pendakian kita bisa tonton video di bawah ini:



Oh iya…ingat kode etik petualang:
  1.  Take nothing but pictures (jangan mengambil apapun kecuali gambar).
  2.  Leave nothing but foot print (jangan meninggalkan apapun kecuali tapak kaki atau jejak).
  3. Kill nothing but time (jangan membunuh apapun kecuali waktu).


SEMOGA BERMANFAAT…..PEACE…