Saturday, 6 June 2015

Pulus dan Jelatang, Penyengat dari Hutan


Bagi anak-anak PA (pecinta alam) baik itu Sispala atau Mapala, pasti sudah tidak asing lagi dengan nama Jelatang. Di Bali sendiri tempat saya tinggal, Jelatang lebih dikenal dengan nama Lateng, tanaman berduri halus pada daun dan batangnya yang jika terkena kulit akan menyebabkan rasa perih dan panas yang cukup mengganggu. Tak jauh beda dengan Jelatang, ada juga tanaman bernama Pulus yang memiliki duri halus sama seperti Jelatang. Pulus juga memberikan efek yang sama seperti Jelatang, hanya saja jika terkena daun Pulus efeknya lebih hebat dari Jelatang, jika efek perih yang disebabkan oleh Jelatang bisa hilang hanya dalam beberapa jam, beda halnya dengan Pulus yang perihnya bisa terasa sampai tiga hari, bahkan rasa perih yang disebabkan oleh Pulus bisa dikatakan lebih mendekati seperti sengatan lebah. Sebagai orang yang pernah berkegiatan di Sispala, saya pernah terkena dua jenis tanaman ini. Orang Bali sering menyamakan antara Pulus dan Jelatang yang sama-sama mereka namakan Lateng, namun sebenarnya kedua tanaman ini berbeda secara fisik. Baik Pulus dan Jelatang keduanya sama-sama hidup dengan baik di hutan hujan tropis yang lembab.


Jelatang




Jelatang sebenarnya sebangsa dengan rerumputan, bentuk daunnya menjari seperti daun pepaya, berbentuk perdu dan memiliki duri sebagai sistem pertahanan di sekujur tubuhnya sampai ke batang. Tumbuhan ini bisa hidup di seluruh dunia. Jelatang hidup dengan baik di tanah yang kaya akan nitrogen. Tumbuhan ini memiliki bunga berwarna merah muda atau kuning yang biasanya mekar pada bulan Juni dan September. Tumbuhan Jelatang ada yang merambat dan ada juga yang berbatang. Berbeda dengan Pulus, Jelatang lebih gampang dikenali jika kita ada di hutan karena ciri-ciri fisiknya bisa terlihat dengan jelas, dan dari pengalaman saya biasanya tumbuhan Jelatang ini hidup bergerombol sehingga bisa dibedakan dengan tumbuhan lain. Bulu Jelatang mengandung asam format yang juga disebut dengan asam semut sehingga wajar saja jika bulu jelatang menyebabkan gatal dan perih. 


Pulus



Terakhir pengalaman saya terkena Pulus adalah ketika saya dan beberapa teman saya melakukan cek jalur tracking danau Buyan-Tamblingan untuk persiapan acara kami yang bernama Kemah Bakti Lingkungan yang akan kami selenggarakan pertengahan bulan Juni 2015 (tentang Kemah Bakti Lingkungan atau 'KPL' akan saya bahas di artikel selanjutnya). 


Cek jalur Danau Buyan-Tamblingan Bali KPL 9
Ditengah perjalanan tiba-tiba jari tengah tangan kiri saya terasa sangat perih seperti tersengat lebah, bahkan anehnya sakitnya nyambung sampai ke ketek saya (jangan ketawa, ini serius), saya tidak tau mengapa bisa seperti itu. Seketika itu juga saya menyadari bahwa saya telah terkena Lateng, padahal saya sangat tidak menyadari sejak kapan saat perjalanan saya terkena Lateng, tumbuhannya pun saya merasa tidak pernah melihat selama perjalanan. Sakitnya masih saya rasakan sampai dua hari setelah itu.  

Saya baru tahu perbedaan antara Jelatang dan Pulus ketika saya browsing di internet, dan saya pikir saat cek jalur saya ini terkena Pulus bukan Jelatang atau Lateng. Menurut Wikipedia, Pulus memiliki daun berwarna hijau terang, tulang dan urat daunnya tampak dengan jelas. Pinggir daun mudanya berbentuk gerigi dengan jarak gerigi tidak terlalu rapat. Semakin tua, gerigi semakin menghilang. Bagian atas dan pinggir daun ditumbuhi bulu-bulu halus yang hanya nampak bila dilihat dari jarak sangat dekat. Daun pulus memang tidak terlalu kentara di tengah rerimbunan pohon lain karena penampilannya yang low-profile. Bulu Pulus juga mengandung asam format seperti pada Jelatang dan beberapa jenis asam lainnya. Kandungan yang mirip juga ditemukan pada sengat lebah dan sengat semut. Dari ciri-ciri yang saya dapatkan dari Wikipedia tersebut saya menyimpulkan bahwa saya bukannya terkena Jelatang atau Lateng, tapi kemungkinan saya terkena Pulus.


Penanganan


Formic Acid

Sebenarnya tidak ada penanganan yang pasti untuk menghilangkan sengatan tanaman-tanaman ini, tapi baik Pulus dan Jelatang keduanya sama-sama mengandung asam semut yang mudah larut dalam air. Ketika saya mengetahui hal ini dari internet, saya langsung mencoba merendam tangan kiri saya ke bak mandi. Ketika saya rendam justru rasa perihnya malah semakin keras untuk beberapa saat. Mungkin itu reaksi anatara asam semut dan air itu sendiri. Saya coba tahan dan membiarkan tangan saya tetap terendam. Setelah beberapa lama lalu saya angkat tangan saya dari air dan memang perihnya terasa sedikit mereda, tapi masih tetap perih kalau disentuh-sentuh. Perihnya juga lama-kelaman akan menghilang seiring kita mandi. 

Ada beberapa cara untuk menghilangkan sengatan Pulus atau Jelatang yang saya dapat dari beberapa sumber adalah sebagai berikut:
  1. Menggosokkan daun Pacing Merah pada area sengatan.
  2. Membasuh area sengatan dengan air remasan tanaman Alocasia macrorrhiza (Talas Gajah).
  3. Tumbuk padi ketan sampai halus dan balurkan pada sengatan.
Dari pada mengobati lebih baik mencegah, karena dijamin jika anda tersengat tanaman-tanaman ini akan cukup menggoyahkan hati dan pikiran anda (mungkin kayak diputusin pacar...pfft, lol). Jika anda ingin jalan-jalan ke tengah hutan gunakan celana panjang dan baju lengan panjang. Kenali dengan baik tumbuhannya dan tetap berhati-hati jika melalui area yang rimbun dedaunan. 

SEMOGA BERMANFAAT....


Danau Buyan, 31 Mei 2015


2 comments:

  1. Terimakasih atas informasinya ya.
    http://foodbakingstory.blogspot.co.id/2015/11/membuat-benang-dari-semak-gatal-jelatang.html

    ReplyDelete
  2. tahu anda... lateng jelatang..adalah obat /tonikum dll
    coba cari "nettle tea" - stinging nettle!!!

    ReplyDelete