Monday, 28 March 2016

Puisi Rasaku (Mawar Merah)

MAWAR MERAH


Karena Mawar Merah
Adalah keheningan malam
Dibawah sinar purnama
Yang akan berbisik menelusuk jiwa
Sebening air, seputih awan
Dan alunkan nada-nada jembatan hati
Yang kan selalu bergaung 
Walau dunia tak tau
Tumbuhlah padaku
Dan tertanam padaku
Kupersembahkan dagingku
Tempat akarmu akan menjalar
Minumlah darah di jantungku
Untuk kau berbunga
Dan hiasi aku
Hiduplah padaku
Hiduplah denganku
Duduk di kesunyian ini
Dan biarkan kita
Bagai doa dunia tengah malam



Monday, 11 January 2016

Breakdance Atau Yang Lebih Sering Disebut B-boy


B-boy Victor (2015 Red Bull BC One Champion)

Ooouuwwwkay….come back in. Mungkin sejauh ini tulisan yang saya buat cenderung tentang petulangan saya ke alam setelah saya memposting tulisan tentang pendakian ke gunung Abang dan Batukaru. Saya juga pernah memposting tulisan yang berjudul “Berkreativitas dengan musik dan lagu” dimana tulisan tersebut menceritakan tentang kegemaran saya membuat lagu. Namun selain berpetualang dan membuat lagu saya masih punya satu hoby lagi, yaitu Breakdance. Breakdance atau yang saat ini lebih dikenal dengan istilah B-boy adalah sebuah jenis tarian yang berasal dari Amerika Serikat tepatnya di suatu tempat bernama Bronx di kota New York yang berkembang pada tahun 1970. Breakdance yang dulunya hanya berkembang di kalangan anak muda Afrika-Amerika dan Puerto Rico kini telah menjadi sebuah tarian popular yang digemari di seluruh dunia.


Istilah B-boy sendiri pertama kali dipopulerkan oleh seorang DJ pada masa itu yang bernama Kool DJ Herc. B-Boys artinya "Break Boys". Disebut "Break Boys" karena mereka menari saat bagian musik turun dimana musik hanya ada ketukan drum atau dikenal dengan istilah break part of music. Break part ini kemudian dikembangkang menjadi music khas breakdance yang bernama Break Beat. B-boy sebenarnya adalah istilah yang digunakan untuk menyebut orang yang melakukan Breakdance, namun nampaknya saat ini orang-orang lebih nyaman menyebut Breakdance dengan istilah B-boy. Misalnya saat kita ingin mengajak teman kita Breakdance, orang-orang lebih cenderung mengatakan “ ayok kita nge B-boy” ketimbang “ ayok kita nge Breakdance”. Untuk yang perempuan disebut dengan B-girl.

Kool DJ Herc
Breakdance juga cukup popular di Indonesia. Breakdance di Indonesia disebut juga sebagai Tari Kejang karena gerakan-gerakan yang diperagakan dalam breakdance seperti gerakan orang kejang yang tersengat listrik. Perkembangannya di Indonesia sempat mengalami pasang surut di tahun 90an karena aksi-aksinya di jalanan sering membuat gerah berbagai pihak, ditambah lagi pada tahun-tahun tersebut gempuran music Ska dan klasik disco membuat trend Breakdance benar-benar tenggelam dan hampir tidak dilirik lagi. Namun seiring waktu berjalan, musik hip-hop yang perlahan mulai berkembang juga di tahun 90an menyelamatkan kembali Breakdance, karena di setiap penampilannya Breakdance juga ikut muncul. Saat ini B-boy di Indonesia bisa dikatakan cukup eksis keberadaanya seiring dengan banyaknya event dan lomba B-boy.

Saya sendiri baru benar-benar mengenal B-boy pada usia 17 tahun. Saat itu ketika masih tinggal di kota Singaraja Buleleng secara tidak sengaja saya melihat ada beberapa orang latihan B-boy di gedung taman kota Singaraja. Saya sangat tertarik, namun tidak seketika saya langsung gabung ke komunitas itu. Saya mencari informasi terlebih dahulu tentang tentang komunitas tersebut di Facebook dan akhirnya saya tahu komunitas itu bernama Singaraja Hip-hop Community. Saya juga mencoba belajar autodidak terlebih dahulu dengan menonton video-video tutorial di Youtube sebelum memutuskan untuk gabung agar nanti pada saat baru gabung setidaknya tau sedikit tentang gerakan-gerakan B-boy.  


Di Bali sendiri B-boy bisa dikatakan cukuplah populer. Dalam setahun event-event B-boy sering diadakan terutama di daerah Denpasar. Pesertanya tidak hanya dari Bali, tapi juga dari luar. Bali bisa dikatakan menjadi salah satu kiblat B-boy di Indonesia karena B-boy dan Crew dari Bali tak jarang memenangkan event-event se-Indonesia. Di singaraja, ada crew bernama Nazionalion crew yang merupakan crew pertama yang saya masuki. Nazionalion crew merupakan bagian dari Singaraja Hip-hop community, jadi Singaraja Hip-hop community sebenarnya tidak hanya menampung B-boy saja, tapi semua element hip-hop(element hip-hop: Breakdance, rap, beatbox, graffity, DJ). Namun memang kenyataannya sekarang hampir semua anggotanya anak B-boy. Nazionalion crew lahir beberapa bulan setelah saya masuk Singaraja Hip-hop community, sekitar tahun 2012.


Event Breakinvasion di Bali

BTW…bagi yang baru ingin mengenal dan belajar Breakdance, gerakan-gerakan dalam Breakdance dibagi menjadi empat bagian yaitu Toprock, Freeze, Footwork, dan Power move. Sulit mendeskripsikan gerakan gerakan-tersebut dengan kata-kata, lihat saja foto-foto dan video dibawah ini.

Freeze
Chair Freeze
Air Freeze
Air Baby Freeze

Top Rock




Footwork

Power Move

Dan kalau digabung semua gerakan itu akan jadi seperti ini:



Sekian dulu pembahasan saya tentang Breakdance atau B-boy. Sebenarnya masih banyak hal tentang B-boy yang ingin saya tulis, tapi saya rasa tulisan ini sudah cukup panjang. Di tulisan selanjutnya saya akan bahas lebih banyak lagi. Bagi yang baru ingin belajar B-boying, konsisten dalam latihan dan pantang menyerah adalah kunci agar kamu cepat menguasai berbagai gerakan B-boy. Karena bisa dikatakan B-boying itu “sulit”, jadi gerakan apapun yang telah dikuasai usahakan dipertahankan, terutama gerakan-gerakan power move yang sebagian besar sulit dikuasai bagi kebanyakan orang karena memakan banyak tenaga. Jadi sekali menguasai gerakan usahakan jangan sampai HILANG. Pemikiran ini yang membuat saya tidak akan berhenti berlatih B-boy walaupun memang belakangan ini saya jarang latihan karena kesibukan di kampus dan UKM. Manfaatkan Youtube untuk mencari banyak tutorial Breakdance. Seperti tutorial Windmill di bawah ini yang iseng saya buat sendiri dengan bantuan beberapa teman. Windmill merupakan salah satu gerakan power move yang paling basic, cekidot!!!.....



Saksikan juga video trailer saya dengan beberapa teman di bawah ini, cekidot again!!!...



SEKIAN

PEACE OUT....

Wednesday, 16 December 2015

Mendaki Gunung Batukaru


Sudah lumayan lama sejak saya terakhir memposting tulisan saya tentang pendakian gunung Abang, dan kali ini tumbuh lagi niat untuk ngeblog. Kali ini saya ingin sharing tentang pendakian saya lagi bersama beberapa teman ke gunung Batukaru pada tanggal 21-22 November 2015. Ini juga merupakan pendakian pertama saya ke gunung tersebut. Gunung Batukaru berada di kabupaten Tabanan Bali dengan ketinggian mencapai 2275 meter di atas permukaan laut dan merupakan gunung tertinggi kedua di Bali. Seperti gunung Abang, gunung Batukaru bukan merupakan gunung vulkanik sehingga seluruh permukaannya tertutupi hutan.



Ada beberapa jalur pendakian yang bisa dilalui, salah satunya dan mungkin yang paling sering di lalui adalah dari desa Pujungan kecamatan Pupuan. Di desa Pujungan di kaki gunung Batukaru terdapat sebuah pura yang bernama pura Batur Sari tempat kita memulai pendakian. Setelah kita sembahyang bersama di pura tersebut kita langsung memulai pendakian kurang lebih jam setengah 12 siang. Saat itu di areal pura tersebut ada seorang bapak-bapak warga di sana yang menawarkan kita untuk menggunakan tongkat pendakian yang terbuat dari bambu dan kayu yang memang selalu disiapkannya untuk para pendaki, gratis!!. Beliau juga berpesan agar saat turun nanti kita membawa sampah-sampah kita kembali.

Seperti di gunung Abang, karena Batukaru bukan gunung vulkanik jadi sepanjang perjalanan sampai puncak kita bisa menikmati suasana hutan belantara. Di pertengahan perjalanan kita sampai di areal hutan yang terselimuti kabut yang bagi saya merupakan pemandangan indah yang sangat alami. Semakin jauh kita mendaki akhirnya hujan turun namun tidak terlalu lebat, dan untungnya kita semua membawa mantel. Ada juga di beberapa titik jalur kita bisa menemukan buah kecil berwarna merah sejenis beri-berian yang bisa dimakan dan rasanya mirip seperti strawberry. 










Pendakian menghabiskan waktu kurang lebih 6 jam, dari awalnya kita berangkat jam setengah 12 siang hingga sampai di puncak kira-kira jam setengah 6 sore. Di puncak gunung Batukaru terdapat sebuah pura bernama Pura Pucak Kedaton yang arealnya bisa dikatakan sangat luas untuk membangun banyak tenda sehingga bisa menampung banyak pendaki. Pemandangan awan di puncak sangat indah dan kita bisa melihat sunset. Untuk membuat api unggun di sana cukup sulit karena angin gunung bertiup kencang dan kayu-kayuan di sana banyak yang basah.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali kita sudah disambut oleh angin yang bertiup berkali-kali lebih kencang dari kemarin sorenya, benar-benar mengguncang dan bahkan sesekali angin seperti ingin menerbangkan tenda kita. Untungnya tenda sudah terikat ke tiang bangunan yang ada di sana. Sunrise yang ditunggu-tunggu pun akhirnya timbul perlahan dari kejauhan di balik pulau-pulau awan yang tidak mungkin orang bisa lihat secara nyata jika tidak mendaki ke puncak gunung. Dari puncak Batukaru kita juga bisa melihat pemandangan gunung-gunung lain dan danau Tamblingan, sebuah danau yang berada di kabupaten Buleleng. Hal yang masih disayangkan di puncak yaitu masih ada tempat dimana sampah sampah pelastik menumpuk. Sempat terpikir oleh saya akankah ada orang yang rela untuk membersihkan sampah pelastik di sana karena kita tau sampah pelastik pasti akan tahan bertahun-tahun di sana.












Setelah puas berada di puncak selama beberapa jam lalu kita beres-beres dan bersiap turun gunung. Perjalanan turun gunung hanya menghabiskan separuh waktu dari perjalanan mendaki karena jalan yang menurun cenderung membuat kita berjalan lebih cepat dan kadang-kadang lari, bahkan ada teman saya yang mendahului karena terus berlari turun sehingga dia hanya menghabiskan waktu selama satu jam untuk turun gunung.

Pendakian ke gunung Batukaru ini merupakan pendakian terlama yang pernah saya lakukan yang menghabiskan waktu selama 6 jam. Sebelumnya saya pernah mendaki gunung Agung yang merupakan gunung tertinggi di Bali namun hanya menghabiskan waktu kurang lebih 5 jam. Itu karena waktu itu saya mendaki ke gunung Agung yang puncak dua dimana start pendakiannya sudah berada di tempat yang tinggi yang bisa diakses motor. Puncak dua lebih rendah dari puncak satu gunung Agung namun tetap lebih tinggi dari puncak gunung Batukaru (tentang gunung Agung saya akan bahas di artikel selanjutnya). Sebenarnya lama pendakian itu bisa bervariasi tergantung dari ritme perjalanan, jika selama perjalanan kita sering istirahat tentu perjalanan akan memakan waktu lebih lama. Jika kelompok yang kita ajak mendaki orangnya kuat-kuat tentu akan lebih cepat mencapai puncak. 

Sekian cerita saya tentang pendakian ke gunung Batukaru. Senang rasanya bisa sharing pengalaman. Bagi anda yang ingin mendaki gunung Batukaru jangan lupa membawa mantel. Pastikan sebelum mendaki melakukan beberapa pemanasan agar tidak keram (saya waktu itu keram). Hal yang sebenarnya sangat penting yang mungkin sering di lupakan yaitu P3K. Pastikan P3K selalu dibawa saat mendaki atau kemah terutama obat-obat luka (obat merah, perban, alkohol, dll) karena kita tidak akan pernah tau kecelakaaan tak terduga yang bisa saja menimpa kita. Bawa juga polibag untuk menampung sampah-sampah yang kita hasilkan, bila perlu sampah-sampah pelastik yang ada di sana juga di ambil…..qiqiqi. Karena angin di gunung Batukaru kadang bertiup sangat kencang jadi kalau bisa gunakan jaket gunung windproof. Ciri-ciri jaket gunung biasanya terdiri dari dua lapis, pada umumnya bagian luar berbahan Polyester yang tahan air dan bagian dalam berbahan polar. Untuk lebih jelasnya tentang pendakian kita bisa tonton video di bawah ini:



Oh iya…ingat kode etik petualang:
  1.  Take nothing but pictures (jangan mengambil apapun kecuali gambar).
  2.  Leave nothing but foot print (jangan meninggalkan apapun kecuali tapak kaki atau jejak).
  3. Kill nothing but time (jangan membunuh apapun kecuali waktu).


SEMOGA BERMANFAAT…..PEACE…



   

Monday, 14 September 2015

Puisi Rasaku (Di Sebuah Hari)

Di Sebuah Hari


Lupakan hari ini, lupakan bayang itu
Hanya goresan warna mentari baru
Tiada sayat tiada bimbang
Semua pasrah pada cerita
Coba terima kapal berlabuh
Walau rusak bahkan hancur
Di masa dunia guncang
Oleh kehausan sebuah hati
Diantara ribuan percik-Nya
Satu ini kerlap kerlip
Namun sekarang ada di jalan
Untuk terang cahaya pasti



Monday, 27 July 2015

Mendaki Gunung Abang




Alam bagi saya adalah anugerah Tuhan dengan keindahan yang tiada habisnya. Adalah merupakan sebuah gairah bagi pecinta alam seperti saya untuk melakukan aktivitas di alam untuk lepas sejenak dari hiruk pikuk kota dan mencari ketenangan. Oleh karena itu saya selalu bersemangat dan berusaha untuk meluangkan waktu jika ada teman mengajak saya untuk kemah atau mendaki. Di Bali sendiri orang-orang mengatakan bahwa kegiatan kemah dan mendaki saat ini sedang menjadi trend sehingga mulai banyak orang yang non pecinta alam juga berminat untuk mencoba menikmati alam dengan kemah atau mendaki.

Kali ini saya akan bahas sedikit tentang Gunung Abang. Beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 21-22 July 2015 saya dan beberapa teman saya mendaki gunung Abang dan ini merupakan pertamakalinya saya mendaki gunung tersebut. Gunung Abang berada di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, terletak di sebelah tenggara Gunung Batur dan dibatasi oleh danau terluas di pulau Bali yaitu danau Batur. Gunung Abang sendiri sebenarnya merupakan bagian dari pematang kaldera gunung Batur yang tercipta dari letusan dasyat gunung Batur di jaman purba. Puncak gunung Abang menjadi titik tertinggi dari pematang kaldera tersebut yaitu dengan ketinggian mencapai 2152 meter di atas permukaan laut, lebih tinggi dari gunung Batur sendiri yang hanya 1717 meter di atas permukaan laut. Gunung Abang merupakan gunung tertinggi ketiga di Bali setelah gunung Agung dan gunung Batukaru.



Sebelumnya saya pernah mendengar kalau jalur menuju kepuncak gunung Abang cukup sulit karena jalurnya terjal, dan ternyata hal itu memang benar. Ada dua jalur pendakian gunung Abang, yaitu dari desa Suter dan dari desa Songan yang orang bilang jalurnya lebih panjang. Dari Suter yang kami lalui waktu itu, pertama-tama di awal jalur kita akan melalui jalur berpasir yang cukup mengganggu karena akan mempersulit langkah dan juga akan menciptakan debu-debu sehingga kita harus melindungi hidung kita dengan masker, buf, atau sejenisnya agar kita tidak menghirup banyak debu pasir. Setelah melewati jalur berpasir kita akan menemukan tempat datar yang agak luas dan terbuka dimana kita bisa beristirahat sejenak. Dari sini kita akan bisa melihat dengan sangat jelas dan indah gunung Batur beserta rumah-rumah penduduk di bawahnya. Karena waktu itu kita mendaki malam hari jadi kita hanya bisa melihat lampu-lampu penduduk di bawah dan bintang-bintang yang sangat banyak di langit namun tetap terlihat indah. Di tempat istirahat ini juga kita akan menemukan sebuah pelinggih dimana bagi yang beragama Hindu bisa sembahyang sejenak.

Setelah istirahat dan sembahyang kita melanjutkan perjalanan. Dari sinilah jalurnya mulai terjal. Semakin jauh melangkah rasanya jalurnya semakin miring. Ditambah lagi sepanjang jalur ada banyak pohon tumbang yang menghalangi jalur yang sedikit menghambat perjalanan. Tumbuhan-tumbuhan di sekitar jalur juga nampak sedikit meunutup-nutupi jalur yang menurut saya menunjukkan bahwa jalur ini jarang dilalui. Di pertengahan jalan kita akan kembali menemukan area yang sedikit luas dan terbuka yang ada pelinggihnya dimana kita istirahat lagi. Karena mendaki malam hari jalur pendakian menjadi sangat gelap, sebentar saja saya mematikan senter maka tak satupun benda yang bisa saya lihat apalagi bulan sedang tidak purnama. Semakin miring jalur maka akan semakin banyak tenaga kita terkuras apalagi kita membawa banyak barang bawaan di tas kita yang menambah beban. Tak jarang di beberapa titik kita berhenti sejenak untuk mengumpulkan tenaga lagi. Jika kita berjalan konstan maka pendakian akan mengabiskan waktu kurang lebih empat jam.

Tepat di puncak gunung Abang kita akan menemukan sebuah pura kecil yang saya tak tau pura apa namanya. Di areal pura yang cukup sempit kita merakit dua buah tenda bersama dengan tiga tenda pendaki lainnya yang sudah terlebih dahulu sampai di puncak. Karena areal puranya cukup sempit maka tak banyak tenda bisa dibangun, mungkin menurut saya hanya bisa dibangun maksimal tujuh tenda disana.

Keesokan harinya tak seperti yang saya harapkan. Ketika bangun dan keluar dari tenda di sekitar pura sudah tertutupi kabut yang lumayan tebal, sunrise terhalang oleh kabut yang tidak banyak cahayanya sampai di areal kemah kita. Saya jadi teringat seseorang pernah mengatakan kalau pematang kaldera gunung Batur menahan awan dan kabut yang mencegahnya untuk sampai ke gunung Batur, jadi kabut akan habis menjadi hujan di pemetang kaldera sebelum mancapai gunung Batur sehingga di gunung Batur jarang terjadi hujan, ternyata hal itu memang saya rasakan sekarang. Walupun begitu sunrise dan suasana di sekitar tetap terlihat sangat indah dan memang suasana dingin-dingin sejuk pegunungan inilah yang selalu saya rindukan. Satu hal yang tidak bisa kita nikmati karena kabut tebal adalah melihat pemandangan gunung Batur dari puncak gunung Abang, tapi tidak apalah… Kabut yang semakin tebal akhirnya disambut juga dengan hujan ringang yang membuat kita bertahan di dalam tenda sampe hujannya reda. Setelah hujan cukup reda kemudian kita beres-beres dan packing untuk bersiap turun gunung.








Apa yang saya tidak bisa lihat selama mendaki akhirnya bisa saya lihat sekarang. Ternyata pemandangan hutan gunung Abang di sepanjang jalur sungguh indah. Di sepanjang jalur kita akan melihat banyak pohon-pohon besar yang rimbun yang tidak seperti kita sering lihat di rumah dan kota-kota. Perjalanan turun tidak semelelahkan perjalanan naik karena barang bawaan sudah banyak berkurang bebannya dan kita bisa menikmati pemandangan sekitar, namun jalur menjadi sedikit lebih licin karena hujan. Di beberapa titik jalur ada tempat yang bagus untuk dijadikan tempat berfoto, salah satunya ada tempat dimana kita bisa berfoto dengan berlatar gunung Batur.       
     



Dibanding gunung Batur, jalur gunung Abang menurut saya memang lebih sulit, lebih terjal, lebih lama, dan lebih melelahkan mengingat gunung Abang lebih tinggi dan bukan gunung berapi seperti gunung Batur sehingga dari awal sampai akhir pendakian kita akan selalu menemukan pohon-pohon besar, jadi medannya akan lebih sulit karena memungkinkan pohon-pohon tersebut tumbang tepat di jalur pendakian. Ditambah lagi, gunung Abang terutama di puncaknya juga merupakan area yang rawan hujan menurut saya karena menahan awan dan kabut sebelum mencapai gunung batur. Jika dilihat dari segi minat saya berasumsi bahwa akan lebih banyak orang memilih mendaki gunung Batur ketimbang gunung Abang karena walaupun ketinggiannya lebih rendah tapi jalurnya lebih pendek yang hanya menghabiskan waktu kurang lebih dua jam sehingga tidak menguras banyak tenaga, ditambah lagi karena Batur adalah gunung berapi kita tidak akan melihat banyak pohon sehingga kita bisa melihat pemandangan sekitar secara luas. Di puncak Batur kita akan bisa melihat pemandangan luas 360 drajat dan bisa melihat sunrise dengan sangat baik, tidak seperti di gunung Abang yang walaupun sudah di puncak kita akan masih melihat banyak pohon besar di sekeliling. Dari banyaknya tumbuhan yang agak menutup-nutupi jalur pendakian gunung Abang saya juga berasumsi bahwa memang sedikit orang yang pernah mendaki ke gunung ini. Di gunung Batur sendiri hampir setiap hari ada saja orang yang mendaki terutama para wisatawan asing yang ingin melihat sunrise di puncak Batur sehingga gunung Batur menjadi salah satu tujuan utama para touris di Bali (tentang gunung Batur akan saya bahas di artikel selanjutnya).

Bagi anda yang hobi mendaki atau anda yang ingin mendaki dengan tantangan yang lebih dan ingin menikmati pemandangan hutan yang lebat, gunung Abang adalah gunung yang patut untuk di coba karena walaupun akan sangat melelahkan namun itu semua sebanding dengan keindahan yang akan kita dapat dari gunung tersebut. Walaupun terdapat banyak pohon tumbang di sepanjang jalur namun itu justru menambah keunikan jalur itu sendiri. Ponco atau mantel merupakan barang yang WAJIB dibawa jika ingin mendaki gunung Abang. Untuk lebih jelasnya mengenai pendakian kami bisa dilihat di video di bawah ini.



Semoga artikel ini bermanfaat dan akan menjadi gambaran bagi anda yang ingin mendaki gunung Abang


SALAM LESTARI……


Baca juga:
Mendaki Gunung Batukaru








Thursday, 16 July 2015

Puisi Rasaku (Di Hari Yang Hanya Aku Yang Tau)

Di Hari Yang Hanya Aku Yang Tau


Inilah cerita
Dia yang terbang bebas
Menggali kisahnya sendiri
Di dalam dunia ciptaan
Dari pikiran bertabur warna
Tak seorang kan tau
Betapa asing kenyataan ini
Dari seluruh waktu hidup
Dunia selalu berganti
Dari besar ke kecil
Maupun dari kecil ke besar
Tak ada hambatan
Semua berputar seadanya
Karena kadang yang kecil
Adalah kebutuhannya
Di dalam waktu yang bergejolak
Kepada selurah umat manusia
Hari ini tercipta dan terlukis
Dari pikiran yang bebas
Hari ini kan jadi rahasia
Dan tersimpan di hanya satu orang
Biarlah hari ini
Adalah hari yang hanya aku yang tau.




Wednesday, 24 June 2015

Puisi Rasaku (Sumur Hitam)

Sumur Hitam



Sumur yang telah sesak
Terisi air pekat hitam
dari jiwa yang terbakar
Mengubah tawa menjadi abu

kini kering di sepanjang musim
Hidup tercemar dari air itu
hanya lambat yg terasa
Oleh racun menyesatkan

Tak ada lagi sumur lain
Hanya satu di semua daratan
Pohon pohon enggan tumbuh
Burung burung tiada bertebangan

Di sudut sumur terdapat ruang
Secuil harapan dengan lentera
Tempat dunia bersembunyi
Dari panas bintang bintang

Dimana takdir terus berjalan
Dimana jalan akan berubah
Akankah ada sebuah waktu
Dimana semua hidup kembali