Ooouuwwwkay….come back
in. Mungkin sejauh ini tulisan yang saya buat cenderung tentang petulangan saya
ke alam setelah saya memposting tulisan tentang pendakian ke gunung Abang dan
Batukaru. Saya juga pernah memposting tulisan yang berjudul “Berkreativitas dengan musik dan lagu” dimana tulisan tersebut menceritakan tentang kegemaran
saya membuat lagu. Namun selain berpetualang dan membuat lagu saya masih punya
satu hoby lagi, yaitu Breakdance. Breakdance atau yang saat ini lebih dikenal dengan
istilah B-boy adalah sebuah jenis tarian yang berasal dari Amerika Serikat
tepatnya di suatu tempat bernama Bronx di kota New York yang berkembang pada
tahun 1970. Breakdance yang dulunya hanya berkembang di kalangan anak muda
Afrika-Amerika dan Puerto Rico kini telah menjadi sebuah tarian popular yang
digemari di seluruh dunia.
Istilah B-boy sendiri
pertama kali dipopulerkan oleh seorang DJ pada masa itu yang bernama Kool DJ Herc.
B-Boys artinya "Break Boys". Disebut "Break Boys" karena mereka
menari saat bagian musik turun dimana musik hanya ada ketukan drum atau dikenal
dengan istilah break part of music. Break part ini kemudian dikembangkang
menjadi music khas breakdance yang bernama Break Beat. B-boy sebenarnya adalah
istilah yang digunakan untuk menyebut orang yang melakukan Breakdance, namun
nampaknya saat ini orang-orang lebih nyaman menyebut Breakdance dengan istilah
B-boy. Misalnya saat kita ingin mengajak teman kita Breakdance, orang-orang
lebih cenderung mengatakan “ ayok kita nge B-boy” ketimbang “ ayok kita nge
Breakdance”. Untuk yang perempuan disebut dengan B-girl.
Kool DJ Herc
Breakdance juga cukup
popular di Indonesia. Breakdance di Indonesia disebut juga sebagai Tari Kejang
karena gerakan-gerakan yang diperagakan dalam breakdance seperti gerakan orang
kejang yang tersengat listrik. Perkembangannya di Indonesia sempat mengalami
pasang surut di tahun 90an karena aksi-aksinya di jalanan sering membuat gerah
berbagai pihak, ditambah lagi pada tahun-tahun tersebut gempuran music Ska dan
klasik disco membuat trend Breakdance benar-benar tenggelam dan hampir tidak
dilirik lagi. Namun seiring waktu berjalan, musik hip-hop yang perlahan mulai
berkembang juga di tahun 90an menyelamatkan kembali Breakdance, karena di
setiap penampilannya Breakdance juga ikut muncul. Saat ini B-boy di Indonesia bisa
dikatakan cukup eksis keberadaanya seiring dengan banyaknya event dan lomba
B-boy.
Saya sendiri baru benar-benar
mengenal B-boy pada usia 17 tahun. Saat itu ketika masih tinggal di kota
Singaraja Buleleng secara tidak sengaja saya melihat ada beberapa orang latihan
B-boy di gedung taman kota Singaraja. Saya sangat tertarik, namun tidak
seketika saya langsung gabung ke komunitas itu. Saya mencari informasi terlebih
dahulu tentang tentang komunitas tersebut di Facebook dan akhirnya saya tahu
komunitas itu bernama Singaraja Hip-hop Community. Saya juga mencoba belajar
autodidak terlebih dahulu dengan menonton video-video tutorial di Youtube
sebelum memutuskan untuk gabung agar nanti pada saat baru gabung setidaknya tau
sedikit tentang gerakan-gerakan B-boy.
Di Bali sendiri B-boy bisa
dikatakan cukuplah populer. Dalam setahun event-event B-boy sering diadakan
terutama di daerah Denpasar. Pesertanya tidak hanya dari Bali, tapi juga dari
luar. Bali bisa dikatakan menjadi salah satu kiblat B-boy di Indonesia karena
B-boy dan Crew dari Bali tak jarang memenangkan event-event se-Indonesia. Di
singaraja, ada crew bernama Nazionalion crew yang merupakan crew pertama yang
saya masuki. Nazionalion crew merupakan bagian dari Singaraja Hip-hop
community, jadi Singaraja Hip-hop community sebenarnya tidak hanya menampung
B-boy saja, tapi semua element hip-hop(element hip-hop: Breakdance, rap, beatbox, graffity, DJ). Namun memang kenyataannya sekarang hampir
semua anggotanya anak B-boy. Nazionalion crew lahir beberapa bulan setelah saya
masuk Singaraja Hip-hop community, sekitar tahun 2012.
Event Breakinvasion di Bali
BTW…bagi yang baru ingin mengenal dan belajar Breakdance, gerakan-gerakan dalam Breakdance dibagi menjadi
empat bagian yaitu Toprock, Freeze, Footwork, dan Power move. Sulit mendeskripsikan
gerakan gerakan-tersebut dengan kata-kata, lihat saja foto-foto dan video dibawah ini.
Freeze
Chair Freeze
Air Freeze
Air Baby Freeze
Top Rock
Footwork
Power Move
Dan kalau digabung semua gerakan itu akan jadi seperti ini:
Sekian dulu pembahasan
saya tentang Breakdance atau B-boy. Sebenarnya masih banyak hal tentang B-boy
yang ingin saya tulis, tapi saya rasa tulisan ini sudah cukup panjang. Di tulisan selanjutnya saya akan bahas lebih banyak lagi. Bagi
yang baru ingin belajar B-boying, konsisten dalam latihan dan pantang menyerah adalah
kunci agar kamu cepat menguasai berbagai gerakan B-boy. Karena bisa dikatakan
B-boying itu “sulit”, jadi gerakan apapun yang telah dikuasai usahakan dipertahankan,
terutama gerakan-gerakan power move yang sebagian besar sulit dikuasai bagi kebanyakan
orang karena memakan banyak tenaga. Jadi sekali menguasai gerakan usahakan jangan sampai HILANG.
Pemikiran ini yang membuat saya tidak akan berhenti berlatih B-boy walaupun
memang belakangan ini saya jarang latihan karena kesibukan di kampus dan UKM. Manfaatkan Youtube untuk mencari banyak tutorial Breakdance. Seperti tutorial Windmill di bawah ini yang iseng saya buat sendiri dengan bantuan beberapa teman. Windmill merupakan salah satu gerakan power move yang paling basic, cekidot!!!.....
Saksikan juga video trailer saya dengan beberapa teman di bawah ini, cekidot again!!!...
Sudah lumayan lama sejak saya
terakhir memposting tulisan saya tentang pendakian gunung Abang, dan kali ini
tumbuh lagi niat untuk ngeblog. Kali ini saya ingin sharing tentang pendakian
saya lagi bersama beberapa teman ke gunung Batukaru pada tanggal 21-22 November
2015. Ini juga merupakan pendakian pertama saya ke gunung tersebut. Gunung
Batukaru berada di kabupaten Tabanan Bali dengan ketinggian mencapai 2275 meter
di atas permukaan laut dan merupakan gunung tertinggi kedua di Bali. Seperti
gunung Abang, gunung Batukaru bukan merupakan gunung vulkanik sehingga seluruh
permukaannya tertutupi hutan.
Ada beberapa jalur pendakian yang
bisa dilalui, salah satunya dan mungkin yang paling sering di lalui adalah dari
desa Pujungan kecamatan Pupuan. Di desa Pujungan di kaki gunung Batukaru
terdapat sebuah pura yang bernama pura Batur Sari tempat kita memulai
pendakian. Setelah kita sembahyang bersama di pura tersebut kita langsung
memulai pendakian kurang lebih jam setengah 12 siang. Saat itu di areal pura
tersebut ada seorang bapak-bapak warga di sana yang menawarkan kita untuk
menggunakan tongkat pendakian yang terbuat dari bambu dan kayu yang memang
selalu disiapkannya untuk para pendaki, gratis!!. Beliau juga berpesan agar
saat turun nanti kita membawa sampah-sampah kita kembali.
Seperti di gunung Abang, karena
Batukaru bukan gunung vulkanik jadi sepanjang perjalanan sampai puncak kita bisa
menikmati suasana hutan belantara. Di pertengahan perjalanan kita sampai di
areal hutan yang terselimuti kabut yang bagi saya merupakan pemandangan indah
yang sangat alami. Semakin jauh kita mendaki akhirnya hujan turun namun tidak
terlalu lebat, dan untungnya kita semua membawa mantel. Ada juga di beberapa
titik jalur kita bisa menemukan buah kecil berwarna merah sejenis beri-berian
yang bisa dimakan dan rasanya mirip seperti strawberry.
Pendakian menghabiskan waktu
kurang lebih 6 jam, dari awalnya kita berangkat jam setengah 12 siang hingga
sampai di puncak kira-kira jam setengah 6 sore. Di puncak gunung Batukaru
terdapat sebuah pura bernama Pura Pucak Kedaton yang arealnya bisa dikatakan
sangat luas untuk membangun banyak tenda sehingga bisa menampung banyak
pendaki. Pemandangan awan di puncak sangat indah dan kita bisa melihat sunset.
Untuk membuat api unggun di sana cukup sulit karena angin gunung bertiup kencang
dan kayu-kayuan di sana banyak yang basah.
Keesokan harinya, pagi-pagi
sekali kita sudah disambut oleh angin yang bertiup berkali-kali lebih kencang
dari kemarin sorenya, benar-benar mengguncang dan bahkan sesekali angin seperti ingin menerbangkan tenda
kita. Untungnya tenda sudah terikat ke tiang
bangunan yang ada di sana. Sunrise yang ditunggu-tunggu pun akhirnya timbul
perlahan dari kejauhan di balik pulau-pulau awan yang tidak mungkin orang bisa
lihat secara nyata jika tidak mendaki ke puncak gunung. Dari puncak Batukaru
kita juga bisa melihat pemandangan gunung-gunung lain dan danau Tamblingan,
sebuah danau yang berada di kabupaten Buleleng. Hal yang masih disayangkan di
puncak yaitu masih ada tempat dimana sampah sampah pelastik menumpuk. Sempat terpikir
oleh saya akankah ada orang yang rela untuk membersihkan sampah pelastik di
sana karena kita tau sampah pelastik pasti akan tahan bertahun-tahun di sana.
Setelah puas berada di puncak selama
beberapa jam lalu kita beres-beres dan bersiap turun gunung. Perjalanan turun
gunung hanya menghabiskan separuh waktu dari perjalanan mendaki karena jalan
yang menurun cenderung membuat kita berjalan lebih cepat dan kadang-kadang
lari, bahkan ada teman saya yang mendahului karena terus berlari turun sehingga
dia hanya menghabiskan waktu selama satu jam untuk turun gunung.
Pendakian ke gunung Batukaru ini
merupakan pendakian terlama yang pernah saya lakukan yang menghabiskan waktu
selama 6 jam. Sebelumnya saya pernah mendaki gunung Agung yang merupakan gunung
tertinggi di Bali namun hanya menghabiskan waktu kurang lebih 5 jam. Itu karena
waktu itu saya mendaki ke gunung Agung yang puncak dua dimana start
pendakiannya sudah berada di tempat yang tinggi yang bisa diakses motor. Puncak
dua lebih rendah dari puncak satu gunung Agung namun tetap lebih tinggi dari
puncak gunung Batukaru (tentang gunung Agung saya akan bahas di artikel
selanjutnya). Sebenarnya lama pendakian itu bisa bervariasi tergantung dari ritme perjalanan, jika selama perjalanan kita sering istirahat tentu perjalanan akan memakan waktu lebih lama. Jika kelompok yang kita ajak mendaki orangnya kuat-kuat tentu akan lebih cepat mencapai puncak.
Sekian cerita saya tentang
pendakian ke gunung Batukaru. Senang rasanya bisa sharing pengalaman. Bagi anda
yang ingin mendaki gunung Batukaru jangan lupa membawa mantel. Pastikan sebelum
mendaki melakukan beberapa pemanasan agar tidak keram (saya waktu itu keram). Hal
yang sebenarnya sangat penting yang mungkin sering di lupakan yaitu P3K. Pastikan
P3K selalu dibawa saat mendaki atau kemah terutama obat-obat luka (obat merah,
perban, alkohol, dll) karena kita tidak akan pernah tau kecelakaaan tak terduga
yang bisa saja menimpa kita. Bawa juga polibag untuk menampung sampah-sampah
yang kita hasilkan, bila perlu sampah-sampah pelastik yang ada di sana juga di
ambil…..qiqiqi. Karena angin di gunung Batukaru kadang bertiup sangat kencang jadi kalau bisa gunakan jaket gunung windproof. Ciri-ciri jaket gunung biasanya terdiri dari dua lapis, pada umumnya bagian luar berbahan Polyester yang tahan air dan bagian dalam berbahan polar. Untuk lebih jelasnya tentang pendakian kita bisa tonton video di bawah ini:
Oh iya…ingat kode etik petualang:
Take
nothing but pictures (jangan mengambil apapun kecuali gambar).
Leave
nothing but foot print (jangan meninggalkan apapun kecuali tapak kaki atau
jejak).
Kill
nothing but time (jangan membunuh apapun kecuali waktu).
Alam bagi saya adalah anugerah
Tuhan dengan keindahan yang tiada habisnya. Adalah merupakan sebuah gairah bagi
pecinta alam seperti saya untuk melakukan aktivitas di alam untuk lepas sejenak
dari hiruk pikuk kota dan mencari ketenangan. Oleh karena itu saya selalu
bersemangat dan berusaha untuk meluangkan waktu jika ada teman mengajak saya
untuk kemah atau mendaki. Di Bali sendiri orang-orang mengatakan bahwa kegiatan
kemah dan mendaki saat ini sedang menjadi trend sehingga mulai banyak orang
yang non pecinta alam juga berminat untuk mencoba menikmati alam dengan kemah
atau mendaki.
Kali ini saya akan bahas sedikit
tentang Gunung Abang. Beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 21-22 July 2015
saya dan beberapa teman saya mendaki gunung Abang dan ini merupakan pertamakalinya
saya mendaki gunung tersebut. Gunung Abang berada di Kecamatan Kintamani
Kabupaten Bangli, terletak di sebelah tenggara Gunung Batur dan dibatasi oleh
danau terluas di pulau Bali yaitu danau Batur. Gunung Abang sendiri sebenarnya
merupakan bagian dari pematang kaldera gunung Batur yang tercipta dari letusan
dasyat gunung Batur di jaman purba. Puncak gunung Abang menjadi titik tertinggi
dari pematang kaldera tersebut yaitu dengan ketinggian mencapai 2152 meter di
atas permukaan laut, lebih tinggi dari gunung Batur sendiri yang hanya 1717
meter di atas permukaan laut. Gunung Abang merupakan gunung tertinggi ketiga di
Bali setelah gunung Agung dan gunung Batukaru.
Sebelumnya saya pernah mendengar
kalau jalur menuju kepuncak gunung Abang cukup sulit karena jalurnya terjal,
dan ternyata hal itu memang benar. Ada dua jalur pendakian gunung Abang, yaitu
dari desa Suter dan dari desa Songan yang orang bilang jalurnya lebih panjang.
Dari Suter yang kami lalui waktu itu, pertama-tama di awal jalur kita akan
melalui jalur berpasir yang cukup mengganggu karena akan mempersulit langkah
dan juga akan menciptakan debu-debu sehingga kita harus melindungi hidung kita
dengan masker, buf, atau sejenisnya agar kita tidak menghirup banyak debu pasir.
Setelah melewati jalur berpasir kita akan menemukan tempat datar yang agak luas
dan terbuka dimana kita bisa beristirahat sejenak. Dari sini kita akan bisa
melihat dengan sangat jelas dan indah gunung Batur beserta rumah-rumah penduduk
di bawahnya. Karena waktu itu kita mendaki malam hari jadi kita hanya bisa melihat
lampu-lampu penduduk di bawah dan bintang-bintang yang sangat banyak di langit
namun tetap terlihat indah. Di tempat istirahat ini juga kita akan menemukan
sebuah pelinggih dimana bagi yang beragama Hindu bisa sembahyang sejenak.
Setelah istirahat dan sembahyang
kita melanjutkan perjalanan. Dari sinilah jalurnya mulai terjal. Semakin jauh melangkah
rasanya jalurnya semakin miring. Ditambah lagi sepanjang jalur ada banyak pohon
tumbang yang menghalangi jalur yang sedikit menghambat perjalanan.
Tumbuhan-tumbuhan di sekitar jalur juga nampak sedikit meunutup-nutupi jalur
yang menurut saya menunjukkan bahwa jalur ini jarang dilalui. Di pertengahan
jalan kita akan kembali menemukan area yang sedikit luas dan terbuka yang ada
pelinggihnya dimana kita istirahat lagi. Karena mendaki malam hari jalur
pendakian menjadi sangat gelap, sebentar saja saya mematikan senter maka tak
satupun benda yang bisa saya lihat apalagi bulan sedang tidak purnama. Semakin
miring jalur maka akan semakin banyak tenaga kita terkuras apalagi kita membawa
banyak barang bawaan di tas kita yang menambah beban. Tak jarang di
beberapa titik kita berhenti sejenak untuk mengumpulkan tenaga lagi. Jika kita
berjalan konstan maka pendakian akan mengabiskan waktu kurang lebih empat jam.
Tepat di puncak gunung Abang kita
akan menemukan sebuah pura kecil yang saya tak tau pura apa namanya. Di areal
pura yang cukup sempit kita merakit dua buah tenda bersama dengan tiga tenda
pendaki lainnya yang sudah terlebih dahulu sampai di puncak. Karena areal
puranya cukup sempit maka tak banyak tenda bisa dibangun, mungkin menurut saya
hanya bisa dibangun maksimal tujuh tenda disana.
Keesokan harinya tak seperti yang
saya harapkan. Ketika bangun dan keluar dari tenda di sekitar pura sudah
tertutupi kabut yang lumayan tebal, sunrise terhalang oleh kabut yang tidak
banyak cahayanya sampai di areal kemah kita. Saya jadi teringat seseorang
pernah mengatakan kalau pematang kaldera gunung Batur menahan awan dan kabut
yang mencegahnya untuk sampai ke gunung Batur, jadi kabut akan habis menjadi
hujan di pemetang kaldera sebelum mancapai gunung Batur sehingga di gunung
Batur jarang terjadi hujan, ternyata hal itu memang saya rasakan sekarang. Walupun
begitu sunrise dan suasana di sekitar tetap terlihat sangat indah dan memang
suasana dingin-dingin sejuk pegunungan inilah yang selalu saya rindukan. Satu
hal yang tidak bisa kita nikmati karena kabut tebal adalah melihat pemandangan
gunung Batur dari puncak gunung Abang, tapi tidak apalah… Kabut yang semakin
tebal akhirnya disambut juga dengan hujan ringang yang membuat kita bertahan di
dalam tenda sampe hujannya reda. Setelah hujan cukup reda kemudian kita
beres-beres dan packing untuk bersiap turun gunung.
Apa yang saya tidak bisa lihat
selama mendaki akhirnya bisa saya lihat sekarang. Ternyata pemandangan hutan
gunung Abang di sepanjang jalur sungguh indah. Di sepanjang jalur kita akan
melihat banyak pohon-pohon besar yang rimbun yang tidak seperti kita sering
lihat di rumah dan kota-kota. Perjalanan turun tidak semelelahkan perjalanan
naik karena barang bawaan sudah banyak berkurang bebannya dan kita bisa
menikmati pemandangan sekitar, namun jalur menjadi sedikit lebih licin karena
hujan. Di beberapa titik jalur ada tempat yang bagus untuk dijadikan tempat berfoto,
salah satunya ada tempat dimana kita bisa berfoto dengan berlatar
gunung Batur.
Dibanding gunung Batur, jalur gunung Abang menurut saya memang lebih sulit, lebih terjal, lebih lama, dan lebih
melelahkan mengingat gunung Abang lebih tinggi dan bukan gunung berapi seperti
gunung Batur sehingga dari awal sampai akhir pendakian kita akan selalu
menemukan pohon-pohon besar, jadi medannya akan lebih sulit karena memungkinkan
pohon-pohon tersebut tumbang tepat di jalur pendakian. Ditambah lagi, gunung Abang
terutama di puncaknya juga merupakan area yang rawan hujan menurut saya karena
menahan awan dan kabut sebelum mencapai gunung batur. Jika dilihat dari segi minat saya berasumsi bahwa akan lebih banyak orang memilih mendaki gunung Batur ketimbang gunung Abang karena walaupun ketinggiannya lebih rendah tapi jalurnya lebih pendek yang hanya menghabiskan waktu kurang lebih dua jam sehingga tidak menguras banyak tenaga, ditambah lagi karena Batur adalah gunung berapi kita tidak akan melihat banyak pohon sehingga kita bisa melihat pemandangan sekitar secara luas. Di puncak Batur kita akan bisa melihat pemandangan luas 360 drajat dan bisa melihat sunrise dengan sangat baik, tidak seperti di gunung Abang yang walaupun sudah di puncak kita akan masih melihat banyak pohon besar di sekeliling. Dari banyaknya tumbuhan yang agak menutup-nutupi jalur pendakian gunung Abang saya juga berasumsi bahwa memang sedikit orang yang pernah mendaki ke gunung ini. Di gunung Batur sendiri hampir setiap hari ada saja orang yang mendaki terutama para wisatawan asing yang ingin melihat sunrise di puncak Batur sehingga gunung Batur menjadi salah satu tujuan utama para touris di Bali (tentang gunung Batur akan saya bahas di artikel selanjutnya). Bagi anda yang hobi
mendaki atau anda yang ingin mendaki dengan tantangan yang lebih dan ingin menikmati pemandangan hutan yang lebat, gunung Abang adalah gunung yang patut untuk di coba karena walaupun
akan sangat melelahkan namun itu semua sebanding dengan keindahan yang akan
kita dapat dari gunung tersebut. Walaupun terdapat banyak pohon tumbang di sepanjang jalur namun itu justru menambah keunikan jalur itu sendiri. Ponco atau mantel merupakan barang yang WAJIB
dibawa jika ingin mendaki gunung Abang. Untuk lebih jelasnya mengenai pendakian kami bisa dilihat di video di bawah ini.
Semoga artikel ini bermanfaat dan
akan menjadi gambaran bagi anda yang ingin mendaki gunung Abang
Inilah cerita Dia yang terbang bebas Menggali kisahnya sendiri Di dalam dunia ciptaan Dari pikiran bertabur warna Tak seorang kan tau Betapa asing kenyataan ini Dari seluruh waktu hidup Dunia selalu berganti Dari besar ke kecil Maupun dari kecil ke besar Tak ada hambatan Semua berputar seadanya Karena kadang yang kecil Adalah kebutuhannya Di dalam waktu yang bergejolak Kepada selurah umat manusia Hari ini tercipta dan terlukis Dari pikiran yang bebas Hari ini kan jadi rahasia Dan tersimpan di hanya satu orang Biarlah hari ini Adalah hari yang hanya aku yang tau.