Wednesday 16 December 2015

Mendaki Gunung Batukaru


Sudah lumayan lama sejak saya terakhir memposting tulisan saya tentang pendakian gunung Abang, dan kali ini tumbuh lagi niat untuk ngeblog. Kali ini saya ingin sharing tentang pendakian saya lagi bersama beberapa teman ke gunung Batukaru pada tanggal 21-22 November 2015. Ini juga merupakan pendakian pertama saya ke gunung tersebut. Gunung Batukaru berada di kabupaten Tabanan Bali dengan ketinggian mencapai 2275 meter di atas permukaan laut dan merupakan gunung tertinggi kedua di Bali. Seperti gunung Abang, gunung Batukaru bukan merupakan gunung vulkanik sehingga seluruh permukaannya tertutupi hutan.



Ada beberapa jalur pendakian yang bisa dilalui, salah satunya dan mungkin yang paling sering di lalui adalah dari desa Pujungan kecamatan Pupuan. Di desa Pujungan di kaki gunung Batukaru terdapat sebuah pura yang bernama pura Batur Sari tempat kita memulai pendakian. Setelah kita sembahyang bersama di pura tersebut kita langsung memulai pendakian kurang lebih jam setengah 12 siang. Saat itu di areal pura tersebut ada seorang bapak-bapak warga di sana yang menawarkan kita untuk menggunakan tongkat pendakian yang terbuat dari bambu dan kayu yang memang selalu disiapkannya untuk para pendaki, gratis!!. Beliau juga berpesan agar saat turun nanti kita membawa sampah-sampah kita kembali.

Seperti di gunung Abang, karena Batukaru bukan gunung vulkanik jadi sepanjang perjalanan sampai puncak kita bisa menikmati suasana hutan belantara. Di pertengahan perjalanan kita sampai di areal hutan yang terselimuti kabut yang bagi saya merupakan pemandangan indah yang sangat alami. Semakin jauh kita mendaki akhirnya hujan turun namun tidak terlalu lebat, dan untungnya kita semua membawa mantel. Ada juga di beberapa titik jalur kita bisa menemukan buah kecil berwarna merah sejenis beri-berian yang bisa dimakan dan rasanya mirip seperti strawberry. 










Pendakian menghabiskan waktu kurang lebih 6 jam, dari awalnya kita berangkat jam setengah 12 siang hingga sampai di puncak kira-kira jam setengah 6 sore. Di puncak gunung Batukaru terdapat sebuah pura bernama Pura Pucak Kedaton yang arealnya bisa dikatakan sangat luas untuk membangun banyak tenda sehingga bisa menampung banyak pendaki. Pemandangan awan di puncak sangat indah dan kita bisa melihat sunset. Untuk membuat api unggun di sana cukup sulit karena angin gunung bertiup kencang dan kayu-kayuan di sana banyak yang basah.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali kita sudah disambut oleh angin yang bertiup berkali-kali lebih kencang dari kemarin sorenya, benar-benar mengguncang dan bahkan sesekali angin seperti ingin menerbangkan tenda kita. Untungnya tenda sudah terikat ke tiang bangunan yang ada di sana. Sunrise yang ditunggu-tunggu pun akhirnya timbul perlahan dari kejauhan di balik pulau-pulau awan yang tidak mungkin orang bisa lihat secara nyata jika tidak mendaki ke puncak gunung. Dari puncak Batukaru kita juga bisa melihat pemandangan gunung-gunung lain dan danau Tamblingan, sebuah danau yang berada di kabupaten Buleleng. Hal yang masih disayangkan di puncak yaitu masih ada tempat dimana sampah sampah pelastik menumpuk. Sempat terpikir oleh saya akankah ada orang yang rela untuk membersihkan sampah pelastik di sana karena kita tau sampah pelastik pasti akan tahan bertahun-tahun di sana.












Setelah puas berada di puncak selama beberapa jam lalu kita beres-beres dan bersiap turun gunung. Perjalanan turun gunung hanya menghabiskan separuh waktu dari perjalanan mendaki karena jalan yang menurun cenderung membuat kita berjalan lebih cepat dan kadang-kadang lari, bahkan ada teman saya yang mendahului karena terus berlari turun sehingga dia hanya menghabiskan waktu selama satu jam untuk turun gunung.

Pendakian ke gunung Batukaru ini merupakan pendakian terlama yang pernah saya lakukan yang menghabiskan waktu selama 6 jam. Sebelumnya saya pernah mendaki gunung Agung yang merupakan gunung tertinggi di Bali namun hanya menghabiskan waktu kurang lebih 5 jam. Itu karena waktu itu saya mendaki ke gunung Agung yang puncak dua dimana start pendakiannya sudah berada di tempat yang tinggi yang bisa diakses motor. Puncak dua lebih rendah dari puncak satu gunung Agung namun tetap lebih tinggi dari puncak gunung Batukaru (tentang gunung Agung saya akan bahas di artikel selanjutnya). Sebenarnya lama pendakian itu bisa bervariasi tergantung dari ritme perjalanan, jika selama perjalanan kita sering istirahat tentu perjalanan akan memakan waktu lebih lama. Jika kelompok yang kita ajak mendaki orangnya kuat-kuat tentu akan lebih cepat mencapai puncak. 

Sekian cerita saya tentang pendakian ke gunung Batukaru. Senang rasanya bisa sharing pengalaman. Bagi anda yang ingin mendaki gunung Batukaru jangan lupa membawa mantel. Pastikan sebelum mendaki melakukan beberapa pemanasan agar tidak keram (saya waktu itu keram). Hal yang sebenarnya sangat penting yang mungkin sering di lupakan yaitu P3K. Pastikan P3K selalu dibawa saat mendaki atau kemah terutama obat-obat luka (obat merah, perban, alkohol, dll) karena kita tidak akan pernah tau kecelakaaan tak terduga yang bisa saja menimpa kita. Bawa juga polibag untuk menampung sampah-sampah yang kita hasilkan, bila perlu sampah-sampah pelastik yang ada di sana juga di ambil…..qiqiqi. Karena angin di gunung Batukaru kadang bertiup sangat kencang jadi kalau bisa gunakan jaket gunung windproof. Ciri-ciri jaket gunung biasanya terdiri dari dua lapis, pada umumnya bagian luar berbahan Polyester yang tahan air dan bagian dalam berbahan polar. Untuk lebih jelasnya tentang pendakian kita bisa tonton video di bawah ini:



Oh iya…ingat kode etik petualang:
  1.  Take nothing but pictures (jangan mengambil apapun kecuali gambar).
  2.  Leave nothing but foot print (jangan meninggalkan apapun kecuali tapak kaki atau jejak).
  3. Kill nothing but time (jangan membunuh apapun kecuali waktu).


SEMOGA BERMANFAAT…..PEACE…



   

Monday 14 September 2015

Puisi Rasaku (Di Sebuah Hari)

Di Sebuah Hari


Lupakan hari ini, lupakan bayang itu
Hanya goresan warna mentari baru
Tiada sayat tiada bimbang
Semua pasrah pada cerita
Coba terima kapal berlabuh
Walau rusak bahkan hancur
Di masa dunia guncang
Oleh kehausan sebuah hati
Diantara ribuan percik-Nya
Satu ini kerlap kerlip
Namun sekarang ada di jalan
Untuk terang cahaya pasti



Monday 27 July 2015

Mendaki Gunung Abang




Alam bagi saya adalah anugerah Tuhan dengan keindahan yang tiada habisnya. Adalah merupakan sebuah gairah bagi pecinta alam seperti saya untuk melakukan aktivitas di alam untuk lepas sejenak dari hiruk pikuk kota dan mencari ketenangan. Oleh karena itu saya selalu bersemangat dan berusaha untuk meluangkan waktu jika ada teman mengajak saya untuk kemah atau mendaki. Di Bali sendiri orang-orang mengatakan bahwa kegiatan kemah dan mendaki saat ini sedang menjadi trend sehingga mulai banyak orang yang non pecinta alam juga berminat untuk mencoba menikmati alam dengan kemah atau mendaki.

Kali ini saya akan bahas sedikit tentang Gunung Abang. Beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 21-22 July 2015 saya dan beberapa teman saya mendaki gunung Abang dan ini merupakan pertamakalinya saya mendaki gunung tersebut. Gunung Abang berada di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, terletak di sebelah tenggara Gunung Batur dan dibatasi oleh danau terluas di pulau Bali yaitu danau Batur. Gunung Abang sendiri sebenarnya merupakan bagian dari pematang kaldera gunung Batur yang tercipta dari letusan dasyat gunung Batur di jaman purba. Puncak gunung Abang menjadi titik tertinggi dari pematang kaldera tersebut yaitu dengan ketinggian mencapai 2152 meter di atas permukaan laut, lebih tinggi dari gunung Batur sendiri yang hanya 1717 meter di atas permukaan laut. Gunung Abang merupakan gunung tertinggi ketiga di Bali setelah gunung Agung dan gunung Batukaru.



Sebelumnya saya pernah mendengar kalau jalur menuju kepuncak gunung Abang cukup sulit karena jalurnya terjal, dan ternyata hal itu memang benar. Ada dua jalur pendakian gunung Abang, yaitu dari desa Suter dan dari desa Songan yang orang bilang jalurnya lebih panjang. Dari Suter yang kami lalui waktu itu, pertama-tama di awal jalur kita akan melalui jalur berpasir yang cukup mengganggu karena akan mempersulit langkah dan juga akan menciptakan debu-debu sehingga kita harus melindungi hidung kita dengan masker, buf, atau sejenisnya agar kita tidak menghirup banyak debu pasir. Setelah melewati jalur berpasir kita akan menemukan tempat datar yang agak luas dan terbuka dimana kita bisa beristirahat sejenak. Dari sini kita akan bisa melihat dengan sangat jelas dan indah gunung Batur beserta rumah-rumah penduduk di bawahnya. Karena waktu itu kita mendaki malam hari jadi kita hanya bisa melihat lampu-lampu penduduk di bawah dan bintang-bintang yang sangat banyak di langit namun tetap terlihat indah. Di tempat istirahat ini juga kita akan menemukan sebuah pelinggih dimana bagi yang beragama Hindu bisa sembahyang sejenak.

Setelah istirahat dan sembahyang kita melanjutkan perjalanan. Dari sinilah jalurnya mulai terjal. Semakin jauh melangkah rasanya jalurnya semakin miring. Ditambah lagi sepanjang jalur ada banyak pohon tumbang yang menghalangi jalur yang sedikit menghambat perjalanan. Tumbuhan-tumbuhan di sekitar jalur juga nampak sedikit meunutup-nutupi jalur yang menurut saya menunjukkan bahwa jalur ini jarang dilalui. Di pertengahan jalan kita akan kembali menemukan area yang sedikit luas dan terbuka yang ada pelinggihnya dimana kita istirahat lagi. Karena mendaki malam hari jalur pendakian menjadi sangat gelap, sebentar saja saya mematikan senter maka tak satupun benda yang bisa saya lihat apalagi bulan sedang tidak purnama. Semakin miring jalur maka akan semakin banyak tenaga kita terkuras apalagi kita membawa banyak barang bawaan di tas kita yang menambah beban. Tak jarang di beberapa titik kita berhenti sejenak untuk mengumpulkan tenaga lagi. Jika kita berjalan konstan maka pendakian akan mengabiskan waktu kurang lebih empat jam.

Tepat di puncak gunung Abang kita akan menemukan sebuah pura kecil yang saya tak tau pura apa namanya. Di areal pura yang cukup sempit kita merakit dua buah tenda bersama dengan tiga tenda pendaki lainnya yang sudah terlebih dahulu sampai di puncak. Karena areal puranya cukup sempit maka tak banyak tenda bisa dibangun, mungkin menurut saya hanya bisa dibangun maksimal tujuh tenda disana.

Keesokan harinya tak seperti yang saya harapkan. Ketika bangun dan keluar dari tenda di sekitar pura sudah tertutupi kabut yang lumayan tebal, sunrise terhalang oleh kabut yang tidak banyak cahayanya sampai di areal kemah kita. Saya jadi teringat seseorang pernah mengatakan kalau pematang kaldera gunung Batur menahan awan dan kabut yang mencegahnya untuk sampai ke gunung Batur, jadi kabut akan habis menjadi hujan di pemetang kaldera sebelum mancapai gunung Batur sehingga di gunung Batur jarang terjadi hujan, ternyata hal itu memang saya rasakan sekarang. Walupun begitu sunrise dan suasana di sekitar tetap terlihat sangat indah dan memang suasana dingin-dingin sejuk pegunungan inilah yang selalu saya rindukan. Satu hal yang tidak bisa kita nikmati karena kabut tebal adalah melihat pemandangan gunung Batur dari puncak gunung Abang, tapi tidak apalah… Kabut yang semakin tebal akhirnya disambut juga dengan hujan ringang yang membuat kita bertahan di dalam tenda sampe hujannya reda. Setelah hujan cukup reda kemudian kita beres-beres dan packing untuk bersiap turun gunung.








Apa yang saya tidak bisa lihat selama mendaki akhirnya bisa saya lihat sekarang. Ternyata pemandangan hutan gunung Abang di sepanjang jalur sungguh indah. Di sepanjang jalur kita akan melihat banyak pohon-pohon besar yang rimbun yang tidak seperti kita sering lihat di rumah dan kota-kota. Perjalanan turun tidak semelelahkan perjalanan naik karena barang bawaan sudah banyak berkurang bebannya dan kita bisa menikmati pemandangan sekitar, namun jalur menjadi sedikit lebih licin karena hujan. Di beberapa titik jalur ada tempat yang bagus untuk dijadikan tempat berfoto, salah satunya ada tempat dimana kita bisa berfoto dengan berlatar gunung Batur.       
     



Dibanding gunung Batur, jalur gunung Abang menurut saya memang lebih sulit, lebih terjal, lebih lama, dan lebih melelahkan mengingat gunung Abang lebih tinggi dan bukan gunung berapi seperti gunung Batur sehingga dari awal sampai akhir pendakian kita akan selalu menemukan pohon-pohon besar, jadi medannya akan lebih sulit karena memungkinkan pohon-pohon tersebut tumbang tepat di jalur pendakian. Ditambah lagi, gunung Abang terutama di puncaknya juga merupakan area yang rawan hujan menurut saya karena menahan awan dan kabut sebelum mencapai gunung batur. Jika dilihat dari segi minat saya berasumsi bahwa akan lebih banyak orang memilih mendaki gunung Batur ketimbang gunung Abang karena walaupun ketinggiannya lebih rendah tapi jalurnya lebih pendek yang hanya menghabiskan waktu kurang lebih dua jam sehingga tidak menguras banyak tenaga, ditambah lagi karena Batur adalah gunung berapi kita tidak akan melihat banyak pohon sehingga kita bisa melihat pemandangan sekitar secara luas. Di puncak Batur kita akan bisa melihat pemandangan luas 360 drajat dan bisa melihat sunrise dengan sangat baik, tidak seperti di gunung Abang yang walaupun sudah di puncak kita akan masih melihat banyak pohon besar di sekeliling. Dari banyaknya tumbuhan yang agak menutup-nutupi jalur pendakian gunung Abang saya juga berasumsi bahwa memang sedikit orang yang pernah mendaki ke gunung ini. Di gunung Batur sendiri hampir setiap hari ada saja orang yang mendaki terutama para wisatawan asing yang ingin melihat sunrise di puncak Batur sehingga gunung Batur menjadi salah satu tujuan utama para touris di Bali (tentang gunung Batur akan saya bahas di artikel selanjutnya).

Bagi anda yang hobi mendaki atau anda yang ingin mendaki dengan tantangan yang lebih dan ingin menikmati pemandangan hutan yang lebat, gunung Abang adalah gunung yang patut untuk di coba karena walaupun akan sangat melelahkan namun itu semua sebanding dengan keindahan yang akan kita dapat dari gunung tersebut. Walaupun terdapat banyak pohon tumbang di sepanjang jalur namun itu justru menambah keunikan jalur itu sendiri. Ponco atau mantel merupakan barang yang WAJIB dibawa jika ingin mendaki gunung Abang. Untuk lebih jelasnya mengenai pendakian kami bisa dilihat di video di bawah ini.



Semoga artikel ini bermanfaat dan akan menjadi gambaran bagi anda yang ingin mendaki gunung Abang


SALAM LESTARI……


Baca juga:
Mendaki Gunung Batukaru








Thursday 16 July 2015

Puisi Rasaku (Di Hari Yang Hanya Aku Yang Tau)

Di Hari Yang Hanya Aku Yang Tau


Inilah cerita
Dia yang terbang bebas
Menggali kisahnya sendiri
Di dalam dunia ciptaan
Dari pikiran bertabur warna
Tak seorang kan tau
Betapa asing kenyataan ini
Dari seluruh waktu hidup
Dunia selalu berganti
Dari besar ke kecil
Maupun dari kecil ke besar
Tak ada hambatan
Semua berputar seadanya
Karena kadang yang kecil
Adalah kebutuhannya
Di dalam waktu yang bergejolak
Kepada selurah umat manusia
Hari ini tercipta dan terlukis
Dari pikiran yang bebas
Hari ini kan jadi rahasia
Dan tersimpan di hanya satu orang
Biarlah hari ini
Adalah hari yang hanya aku yang tau.




Wednesday 24 June 2015

Puisi Rasaku (Sumur Hitam)

Sumur Hitam



Sumur yang telah sesak
Terisi air pekat hitam
dari jiwa yang terbakar
Mengubah tawa menjadi abu

kini kering di sepanjang musim
Hidup tercemar dari air itu
hanya lambat yg terasa
Oleh racun menyesatkan

Tak ada lagi sumur lain
Hanya satu di semua daratan
Pohon pohon enggan tumbuh
Burung burung tiada bertebangan

Di sudut sumur terdapat ruang
Secuil harapan dengan lentera
Tempat dunia bersembunyi
Dari panas bintang bintang

Dimana takdir terus berjalan
Dimana jalan akan berubah
Akankah ada sebuah waktu
Dimana semua hidup kembali




Saturday 6 June 2015

Pulus dan Jelatang, Penyengat dari Hutan


Bagi anak-anak PA (pecinta alam) baik itu Sispala atau Mapala, pasti sudah tidak asing lagi dengan nama Jelatang. Di Bali sendiri tempat saya tinggal, Jelatang lebih dikenal dengan nama Lateng, tanaman berduri halus pada daun dan batangnya yang jika terkena kulit akan menyebabkan rasa perih dan panas yang cukup mengganggu. Tak jauh beda dengan Jelatang, ada juga tanaman bernama Pulus yang memiliki duri halus sama seperti Jelatang. Pulus juga memberikan efek yang sama seperti Jelatang, hanya saja jika terkena daun Pulus efeknya lebih hebat dari Jelatang, jika efek perih yang disebabkan oleh Jelatang bisa hilang hanya dalam beberapa jam, beda halnya dengan Pulus yang perihnya bisa terasa sampai tiga hari, bahkan rasa perih yang disebabkan oleh Pulus bisa dikatakan lebih mendekati seperti sengatan lebah. Sebagai orang yang pernah berkegiatan di Sispala, saya pernah terkena dua jenis tanaman ini. Orang Bali sering menyamakan antara Pulus dan Jelatang yang sama-sama mereka namakan Lateng, namun sebenarnya kedua tanaman ini berbeda secara fisik. Baik Pulus dan Jelatang keduanya sama-sama hidup dengan baik di hutan hujan tropis yang lembab.


Jelatang




Jelatang sebenarnya sebangsa dengan rerumputan, bentuk daunnya menjari seperti daun pepaya, berbentuk perdu dan memiliki duri sebagai sistem pertahanan di sekujur tubuhnya sampai ke batang. Tumbuhan ini bisa hidup di seluruh dunia. Jelatang hidup dengan baik di tanah yang kaya akan nitrogen. Tumbuhan ini memiliki bunga berwarna merah muda atau kuning yang biasanya mekar pada bulan Juni dan September. Tumbuhan Jelatang ada yang merambat dan ada juga yang berbatang. Berbeda dengan Pulus, Jelatang lebih gampang dikenali jika kita ada di hutan karena ciri-ciri fisiknya bisa terlihat dengan jelas, dan dari pengalaman saya biasanya tumbuhan Jelatang ini hidup bergerombol sehingga bisa dibedakan dengan tumbuhan lain. Bulu Jelatang mengandung asam format yang juga disebut dengan asam semut sehingga wajar saja jika bulu jelatang menyebabkan gatal dan perih. 


Pulus



Terakhir pengalaman saya terkena Pulus adalah ketika saya dan beberapa teman saya melakukan cek jalur tracking danau Buyan-Tamblingan untuk persiapan acara kami yang bernama Kemah Bakti Lingkungan yang akan kami selenggarakan pertengahan bulan Juni 2015 (tentang Kemah Bakti Lingkungan atau 'KPL' akan saya bahas di artikel selanjutnya). 


Cek jalur Danau Buyan-Tamblingan Bali KPL 9
Ditengah perjalanan tiba-tiba jari tengah tangan kiri saya terasa sangat perih seperti tersengat lebah, bahkan anehnya sakitnya nyambung sampai ke ketek saya (jangan ketawa, ini serius), saya tidak tau mengapa bisa seperti itu. Seketika itu juga saya menyadari bahwa saya telah terkena Lateng, padahal saya sangat tidak menyadari sejak kapan saat perjalanan saya terkena Lateng, tumbuhannya pun saya merasa tidak pernah melihat selama perjalanan. Sakitnya masih saya rasakan sampai dua hari setelah itu.  

Saya baru tahu perbedaan antara Jelatang dan Pulus ketika saya browsing di internet, dan saya pikir saat cek jalur saya ini terkena Pulus bukan Jelatang atau Lateng. Menurut Wikipedia, Pulus memiliki daun berwarna hijau terang, tulang dan urat daunnya tampak dengan jelas. Pinggir daun mudanya berbentuk gerigi dengan jarak gerigi tidak terlalu rapat. Semakin tua, gerigi semakin menghilang. Bagian atas dan pinggir daun ditumbuhi bulu-bulu halus yang hanya nampak bila dilihat dari jarak sangat dekat. Daun pulus memang tidak terlalu kentara di tengah rerimbunan pohon lain karena penampilannya yang low-profile. Bulu Pulus juga mengandung asam format seperti pada Jelatang dan beberapa jenis asam lainnya. Kandungan yang mirip juga ditemukan pada sengat lebah dan sengat semut. Dari ciri-ciri yang saya dapatkan dari Wikipedia tersebut saya menyimpulkan bahwa saya bukannya terkena Jelatang atau Lateng, tapi kemungkinan saya terkena Pulus.


Penanganan


Formic Acid

Sebenarnya tidak ada penanganan yang pasti untuk menghilangkan sengatan tanaman-tanaman ini, tapi baik Pulus dan Jelatang keduanya sama-sama mengandung asam semut yang mudah larut dalam air. Ketika saya mengetahui hal ini dari internet, saya langsung mencoba merendam tangan kiri saya ke bak mandi. Ketika saya rendam justru rasa perihnya malah semakin keras untuk beberapa saat. Mungkin itu reaksi anatara asam semut dan air itu sendiri. Saya coba tahan dan membiarkan tangan saya tetap terendam. Setelah beberapa lama lalu saya angkat tangan saya dari air dan memang perihnya terasa sedikit mereda, tapi masih tetap perih kalau disentuh-sentuh. Perihnya juga lama-kelaman akan menghilang seiring kita mandi. 

Ada beberapa cara untuk menghilangkan sengatan Pulus atau Jelatang yang saya dapat dari beberapa sumber adalah sebagai berikut:
  1. Menggosokkan daun Pacing Merah pada area sengatan.
  2. Membasuh area sengatan dengan air remasan tanaman Alocasia macrorrhiza (Talas Gajah).
  3. Tumbuk padi ketan sampai halus dan balurkan pada sengatan.
Dari pada mengobati lebih baik mencegah, karena dijamin jika anda tersengat tanaman-tanaman ini akan cukup menggoyahkan hati dan pikiran anda (mungkin kayak diputusin pacar...pfft, lol). Jika anda ingin jalan-jalan ke tengah hutan gunakan celana panjang dan baju lengan panjang. Kenali dengan baik tumbuhannya dan tetap berhati-hati jika melalui area yang rimbun dedaunan. 

SEMOGA BERMANFAAT....


Danau Buyan, 31 Mei 2015


Friday 5 June 2015

Berkreatifitas Dengan Musik dan Lagu



Siapa yang gak suka mendengarkan musik? Pasti semua orang suka, gak mungkin gak, entah apa itu alirannya, setiap orang pasti punya seleranya masing-masing. Bagi kebanyakan orang, musik pasti sudah merupakan bagian dari hidupnya. Memang hampir di sebagian besar kegiatan hidup, musik pasti akan menjadi pelengkap. Ada sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa mendengarkan lagu bisa memberikan efek yang nyata pada berbagai bagian otak yang bertanggung jawab terhadap beberapa aspek, seperti memori dan visual. Menurut seorang psikolog dari London, Dr Victoria, mendengarkan musik bisa mempengaruhi reaksi yang sangat luas dalam tubuh dan pikiran,dan beberapa bagian otak bisa diaktifkan oleh sebuah musik (sumber: www.carakhasiatmanfaat.com). 

Dari pengalaman saya sendiri, mendengarkan musik dapat meningkatkan mood dan mengekspresikan suasanan hati dan juga justru meningkatkan konsentrasi saya. Terbukti dari kebiasaan saya yang sering mengendarai motor berpergian jauh sambil mendengarkan musik dengan headset di balik helm saya. Dengan cara ini saya justru menjadi sangat bersemangat saat mengendarai motor karena musik meningkatkan mood saya, apalagi kalau lagunya sesuai dengan suasana di sekitar saya saat mengendarai motor. Walapun saya ngebut tapi saya tetap bisa berkonsentrasi dan nyalip sana sini (kayak anak racing aja). Saya sangat senang mendengarkan berbagai jenis musik dari berbagai aliran, dantaranya aliran yang paling saya suka yaitu punk rock, Hip-hop, nu metal, pop, pop funk dan lain-lain. Kadang kalau ada lagu yang memang sesuai dengan suasana hati dan suasana di sekitar saya, saya senang mendengarkannya, entah apa itu alirannya. Kecintaan saya terhadap musik membuat saya sampai-sampai rela membeli HP second bukan untuk nelfon dan sms tapi justru saya fungsikan sebagai mp3 player. Saya beli Nokia X3 Express Music yang second supaya ada tombol musiknya dan sudah ratusan lagu saya masukkan ke sana. HP jenis ini sekarang sudah langka, tapi setelah berusaha terus mencari akhirnya saya dapat HPnya....hehe... HP ini juga sering rusak, yah..yang namanya HP second pasti kualitasnya jelek, tapi kalau rusak pasti langsung saya perbaiki.




Nah..karena kecintaan saya terhadap musik juga, dari waktu ke waktu, saya jadi punya pikiran untuk membuat lagu ciptaan saya sendiri. Sebenarnya dulu awalnya cuma ikut-ikutan temen, waktu SMP ada temen ngajak saya untuk nyanyi bareng lagu ciptaanya untuk ngisi acara di acara sekolah (lupa acara apa). Dulu saya dan teman saya tersebut sangat senang aliran Hip-hop, jadi teman saya itu dulu buat lagu Rap, dan saya juga waktu itu memang suka nge-Rap. Melihat teman saya bisa buat lagu, saya jadi ingin buat lagu juga.

Dari waktu ke waktu semangat saya buat nulis lagu jadi semakin besar, entah itu lagu Rap atau lagu biasa. Kebanyakan lirik yang saya buat adalah curahan hati saya dan itu menjadi kepuasan tersendiri ketika saya bisa mengungkapkan isi hati saya dalam bentuk lirik dan nada. Lama kelamaan, menulis lagu menjadi salah satu hobi. Dulu ketika SMA pernah ada lomba musikalisasi puisi yang diadakan oleh SMA lain. SMA kami mengeluarkan beberapa kelompok perwakilan dan saya salah satunya diajak untuk ikut lomba tersebut karena teman saya tau saya bisa membuat lagu. Saya pikir ini merupakan kesempatan untuk menunjukkan bakat saya, jadi saya terima saja ajakannya. Pada lomba musikalisasi puisi tersebut kita dibebaskan untuk membuat puisi karangan kita sendiri untuk dilagukan. Kalau tidak salah lomba tersebut juga serangkaian hari Valentine, jadi musikalisasi puisi yang kita bawakan harus bertemakan Cinta (tentang musikalisasi puisi atau 'muspus' saya akan bahas di artikel selanjutnya).


Salah satu puisi yang pernah saya ubah jadi lagu

Sampai sekarang sudah kuliah semester 4 kalau memang lagi gak sibuk dan gak ada kerjaan saya pasti mengisi waktu saya salah satunya dengan membuat lagu. Ya hanya sekedar iseng iseng. Tapi saya belakangan ini sudah tidak pernah lagi buat lagu Rap karena membuat lagu bernada rasanya lebih menarik. Biasanya kalau ingin membuat lagu pasti saya dapatkan nadanya terlebih dahulu, kalau saya rasa nada yang saya dapatkan bagus baru saya membuat liriknya. Oleh karena itu kalau saya mendapat nada yang bagus saya akan langsung merekamnya dan disimpan sebagai bahan nanti kalau ingin membuat lagu agar tinggal buat liriknya saja. Saat ini ada puluhan nada-nada terekam di HP saya dan siap untuk dijadikan lagu jika saya ingin.

Ada beberapa lagu yang sudah jadi dan saya rekam menjadi bentuk mp3. Beberapa diantaranya sudah saya unggah di blog ini. Bisa dilihat di bagian atas ada pemutar musik, jika ingin melihat playlistnya bisa tinggal klik tombol playlist di pojok kanan atas blog ini. Ada lagu yang total saya buat sendiri dan lagu yang saya garap bersama beberapa teman saya dulu ketika SMA.  




Begitulah sedikit pembahasan tentang salah satu hobi saya yaitu membuat lagu. Bisa mencurahkan hati dalam bentuk lirik dan nada merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi saya. Mungkin saja juga anda yang membaca artikel ini jika kebetulan punya hobi yang sama pasti tau rasanya bagaimana senangnya kalau bisa menyelesaikan satu lagu buatan sendiri. 

THANKS FOR READING :D





Thursday 4 June 2015

Membuat Jaringan FTP Antara Android dan PC Melalui Wifi



File Tranfer Protocol (FTP) adalah sebuah protokol Internet yang berjalan di dalam lapisan aplikasi yang merupakan standar untuk pengiriman berkas (file) komputer antar mesin-mesin dalam sebuah jaringan komputer. Dengan jaringan FTP kita akan bisa melakukan transfer file antara satu komputer dengan komputer lain dalam satu jaringan komputer. Namun jaringan FTP tidak hanya bisa dilakukan antar komputer, tapi juga bisa dilakukan antara komputer dan smartphone. Kali ini saya akan menjelaskan cara membuat jaringan FTP antara Android dengan PC dengan menggunakan koneksi Wifi. Keuntungan yang didapat dengan dengan menerapkan FTP antara Android dengan PC yaitu lebih memudahkan kita dalam melakukan transfer file antara Android dan PC. Biasanya kita akan membutuhkan kabel data untuk melakukan transfer file baik dari Android ke PC ataupun sebaliknya, tapi sekarang kita tidak akan membutuhkan kabel data lagi karena dengan membuat jaringan FTP melalui Wifi kita bisa melakukan transfer file dari seberapapun jarak dan posisi manapun yang kita inginkan sesuai dengan jangkauan sinyal hotspot yang kita buat (akan dijelaskan nanti). Keuntungan yang lain adalah kita bisa me-manage file didalam komputer kita melalui Android kita sendiri. Jadi kita bisa me-manage file di dalam komputer kita sembari kita tiduran. Kita juga dapat mengakses file di dalam komputer kita melalui Android kita sendiri. Contohnya yang seperti saya sering lakukan yaitu menonton film di dalam komputer saya melalui Android saya sendiri tanpa harus meng-copy file film yang biasanya berukuran sangat besar ke Android saya terlebih dahulu. Jadi kita tidak perlu kawatir lagi akan sisa memory tidak cukup jika kita ingin menonton film melalui HP.



Aplikasi yang dibutuhkan yaitu Connectify pada PC dan ES File Explorer pada Android, tinggal googling saja untuk mencari aplikasi-aplikasi tersebut. Ada juga beberapa pengaturan yang harus dilakukan agar FTP bisa dibuat. Berikut langkah-langkah membuat jaringan FTP antara Android dan PC melalui Wifi:

1). Sebelum kita menginstal aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan, terlebih dahulu kita harus melakukan pengaturan di PC kita sendiri yang akan dijadikan server. Sebagai server di dalam jaringan FTP kita dapat memilih folder atau disc mana saja yang kita ingin share sehingga di dalam jaringan tersebut para client akan bisa melihat dan mengakses file di dalam folder atau disc yang kita share tersebut. Sebagai contoh seperti yang sudah saya lakukan, di komputer saya, saya memilih "local disc (D:)" untuk di share dalam jaringan FTP karena sebagian besar file saya berada di disc tersebut. Agar "local disc (D:)" bisa di share pertama-tama klik kanan pada "local disc (D:)", klik Properties lalu klik Sharing. Klik Advance Sharing lalu centang "share this folder".  


Setelah itu klik Caching dan centang pilihan ketiga lalu klik OK. Klik Permisions lalu centang pilihan Allow pada full control, change dan read, klik apply lalu OK. Kini local disc (D:) telah tersharing.




2). Setelah melakukan pengaturan tersebut, lalu kita harus membuat hotspot kita sendiri. Instal Connectify di komputer anda lalu buat hotspot dengan nama dan password sesuai keinginan anda sendiri. Klik Start Hotspot untuk memulai hotspot anda.

3). Setelah hotspot dibuat, hidupkan Wifi pada Android anda lalu hubungkan ke hotspot yang anda buat.

4). Instal ES File Explorer pada Android anda. Setelah terinstal, buka ES File Explorer lalu cari jendela Network seperti pada gambar.



5). Pada jendela tersebut, klik scan sehingga nanti komputer kita beserta alamat IPnya akan terbaca.


6). Setelah itu klik icon komputer anda lalu masukkan username dan password komputer anda (komputer harus dilengkapi username dan password). Centang Remember Password agar bisa login otomatis.


7). Setelah login kita akan melihat folder Local Disc (D:) yang telah di share tadi. Klik pada icon folder tersebut sehingga kita akan dapat melihat file-file yang ada di dalam Local Disc (D:) dari Android kita. 



Dari sini, kita bisa mentranfer file dari Android ke PC atau sebaliknya, memanage file computer kita, dan mengakses file di dalam komputer kita melalui HP Android kita. Gambar di bawah menunjukkan saya sedang memutar video yang ada di dalam komputer saya melalui HP Android saya tanpa harus meng-copynya terlebih dahulu. Tulisan di atas garis merah menunjukkan alamat video pada jaringan FTP yang saya buat.


Kebetulan cara membuat jaringan FTP antara Android dan PC melalui Wifi ini saya temukan sendiri caranya, jadi saya sangat ingin mempublikasikannya.....Hehe... 

Demikian sedikit ilmu yang sekiranya bisa saya share. Semoga bermanfat bagi yang membaca.....